Selasa, 03 Januari 2017

Weltervreden, kawasan menteng, silang monas jaman dulu

         



       Weltevreden, kawasan menteng, silang monas jaman dulu

















Pada awal pendirian kota Batavia, kota tersebut dikelilingi oleh tembok kota, dan penghuni kota merupakan masyarakat yang heterogen.











 mulai dari orang-orang Belanda dan Eropa, orang cina, orsng Mardjiker atau orang portugis Hitam, orang pribumi dari berbagai suku di Nusantara hingga para budak.

















 yang menjadi komunitas terbanyak. Menurut data tahun 1673, jumlah penghuni kota Batavia sekitar 27.000 orang, yang jumlahnya hingga abad 18 dan 19 semakin bertambah.













Hingga pada awal abad 19, kawasan oud Batavia merupakan kawasan yang telah penuh sesak dengan penduduk dan sistem sanitasi  kota yang tidak sehat.



















Keadaan kota batavia atau jakarta zaman dahulu pada Masa kompeni VOC























Selama kurun waktu abad 18, keadaan di kota batavia mulai berubah. Hal tersebut karena keadaan kota batavia yang mulai penuh sesak dengan penduduk karena jumlah penduduk makin meningkat pada abad ke 18.















selain itu karena sistem sanitasi yang tidak bersih menyebabkan kota batavia tidak seperti abad-abad sebelumnya.



















 Hal tersebut dikatakan oleh gelman taylor dalam buku kehidupan sosial di batavia, bahwa banyak timbul korban jiwa akibat perbedaan iklim di eropa dan iklim tropis di batavia yang kurang cocok bagi orang-orang belanda serta wabah penyakit.















Hal serupa juga dikabarkan dalam buku "jakarta 400 tahun" jika akibat wabah penyakit menyebabkan tewasnya warga kota batavia dari kalangan belanda dan eropa.









































 Jumlah penduduk di dalam kawasan oud Batavia telah melebihi batas.

















pemindahan pusat Pemerintahan ke kawasan weltevreden













Karena itulah Gubernur jenderal Herman Willem Daendles pada akhirnya memindahkan pusat pemerintahan ke kawasan yang lebih ke selatan, yakni Weltervreden atau kawasan sekitar silang monas, menteng dan lapangan banteng.









Gubernur Jenderal menganggap bahwa kawasan Oud Batavia tidak layak sebagai pusat pemerintahan.













Dibeberapa sumber buku disebutkan Gubernur Jenderal Herman willem Daendles yang meruntuhkan tembok kota Batavia, dimana puing-puing tembok digunakan untuk meninggikan tanah di beberapa sisi kawasan weltervreden.













Pusat pemerintahan Belanda yang tadinya berada di kawasan Oud Batavia dipidahkan ke kawasan Weltervreden

















Kawasan weltervreden tadinya berada di luar tembok kota di selatan Batavia,  menjelma menjadi pusat pemerintahan oleh penguasa Belanda-Prancis Herman Willem daendles.













Hingga sekarang ketika Republik Indonesia berdiri, kawasan itu menjadi pusat pemerintahan serta ikon dari Negara ini, yakni Monas.















Daendles sang Gubernur jenderal juga berupaya untuk memindahkan penduduk ke wilayah selatan dari oud Batavia secara berangsur-angsur.













karena pemerintahannya gubernur jenderal bertangan besi itu menilai kawasan Oud Batavia tidak layak huni dengan jumlah penduduk yang sudah terlalu banyak dan system sanitasi yang tidak mumpuni.

















Ketika Inggris berkuasa di nusantara, Gubernur Jenderal Thomas Stamford raffles dari inggris juga membangun kawasan weltervreden,.













kabarnya Raffles banyak menggusur bangunan pemukiman serta toko-toko dan tempat usaha milik orang tionghoa untuk membangun kawasan yang lebih tertata lagi.













Sehingga jaman dulu bangunan bertingkat bergaya Eropa banyak dikawasa tersebut.











 diambil dari Buku :







buku ekspedisi anyer-panarukan, kompas



buku sejarah nama-nama kawasan di Jakarta




buku Sejarah Indonesia, H.M Vlackke





Tidak ada komentar:

Posting Komentar