Senin, 09 Januari 2017

Revolusi prancis yang gagal di tanah jawa

Revolusi prancis yang gagal di tanah jawa

Liberte,egalite dan fraternite, semboyan bagi negeri prancis setelah rakyat menyingkirkan ancient regime dari bumi perancis serta dinasti bourbon tanggal 14 juli 1789. Hingga semangat revolusi prancis berkumandang seantero eropa bahkan sampai ke wilayah timur yang jauh, sebuah pulau kecil yang terletak di hindia belanda, pulau jawa.

Napoleon bonaparte, konsul seumur hidup bagi prancis, ketika ia berkuasa di eropa, sang jenderal ternama mengangkat saudaranya untuk memimpin negeri belanda bernama louis Napoleon.

Louis napoleon inilah yang mengangkat dan melantik herman willem daendles sebagai gubernur jenderal yang baru di tanah jawa pada 1 januari 1807.

Daendles sebagai gubernur jenderal, diserahi 37 pasal sebagai misi sebelum berangkat ke tanah jawa. Di dalamnya terdapat nilai2 semangat dan semboyan Revolusi prancis layaknya keharusan memperbaiki tata administratif di jawa, memperbaiki nasib kaum pribumi yang tertindas.

Tetapi sang gubernur jendral yang baru, jauh dari harapan. Pemerintahannya tidak selayaknya semboyan liberte, egalite dan fraternite. Pemerintahan tangan besi dijalankan. Nasib orang pribumi bertambah derita dengan perluasan penyerahan wajib kopi di jawa barat dan jawa tengah.
Belum lagi proyek pembangunan jalan seantero jawa yang memakan korban jiwa ribuan orang.

Tidak selayaknya semangat dan semboyan Revolusi perancis yang tersohor, gubernur jenderal pun banyak terkena kasus dan terlalu kebal tersentuh hukum. Ia dibenci bawahannya, terlebih lagi oleh para elite pribumi layaknya bupati sumedang dan para petinggi kesultanan di jawa.

Hingga tahun 1811, ia dipanggil pulang, kedudukannya sebagai gubernur jenderal digantikan oleh willem jansses, tetapi sebelum semangat revolusi perancis tumbuh kembali, pasukan dinasti napoleon dibawah gubernur jansses  keburu dihancurkan oleh tentara inggris dalam pertempuran 40 hari hingga menyerah di tuntang, dekat semarang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar