Senin, 09 Januari 2017

Perjudian diantara orang cina di batavia

                       

                Perjudian diantara orang cina di batavia




















Judi, sebuah hal yang tidak asing bagi kalangan cina di batavia pada masa lampau. Batavia merupakan kota multiras, multikultur dan multietnis. Dimana masing-masing Ras, suku, etnis memiliki budaya dan kebiasaan di kota jakarta yang berbeda antara satu dengan lainnya.







Perbedaan itu menjadi ciri khas yang membedakan antara ras yang satu dengan, ras lainnya. Atau antara etnis satu dengan yang lainnya.







Keberadaan orang cina tidak di sangsikan lagi. Mereka adalah penghuni tetap bagi kota jakarta masa lampau. Menurut data tahun 1673, jumlah orang cina di batavia 2700 orang atau 10 persen dari total populasi kota.







Di batavia, perjudian adalah hal yang biasa dilakukan oleh orang cina, permainan 30 kartu, 38 kartu adalah pemandangan sehari-hari bagi salah satu etnis terbanyak di kota batavia tersebut.







Susan blackburn dalam kitabnya, jakarta 400 tahun mengambarkan perjudian adalah hal yang biasa dilakukan oleh orang cina. 




Perjudian dilakukan di rumah-rumah orang tionghoa yang memang dijadikan sebagai arena judi.





 Judi juga dilakukan Ketika pengadaan pasar malam, atau di ranah lingkungan orang-orang cina di batavia sendiri.







Tidak seperti orang-orang pribumi, judi sabung ayam adalah hal yang biasa dilakukan oleh orang-orang pribumi. Tetapi orang cina kurang tertarik dengan judi semacam itu. Permainan 30 kartu, 38 kartu adalah hal biasa mereka mainkan.







Bahkan lebih lanjut menurut susan blackburn, kaum wanita cina juga memainkan judi. Tidak hanya kaum lelaki saja, kaum wanita juga ikut dalam arena meja judi. Malah ada sebagian kaum wanita yang intens dalam memainkan perjudiannya.















Jadi tidak hanya orang cina, judi juga dilakukan oleh orang pribumi asli, meski bentuknya saja yang berbeda.







Di masa itu terdapat rumah-rumah judi yang disebut "pathcer" dimana rumah perjudian tersebut harus membayar pajak bea cukai pada pemerintah kompeni belanda.







Sebagian pajak tersebut diberikan pada kapiten cina yang bernama souw beng kong atau kapiten bencon. Kabarnya sekitar seperlima  pajak dari rumah seperlimanya diberikan pada kapiten cina tersebut.







malah sebagian orang cina dibatavia bertumpu hidupnya pada rumah-rumah perjudian tersebut.





Yang tampakya perjudian tersebut juga dilakukan oleh semua kalangan. Orang-orang pribumi juga memainkan judi, hanya bentuknya saja yang berbeda.






















Diambil dari buku :






sejarah Jakarta 400 tahun
kehidupan sosial di batavia

1 komentar: