Perjudian diantara orang cina di batavia
Judi,
sebuah hal yang tidak asing bagi kalangan cina di batavia pada masa lampau.
Batavia merupakan kota multiras, multikultur dan multietnis. Dimana
masing-masing Ras, suku, etnis memiliki budaya dan kebiasaan di kota jakarta
yang berbeda antara satu dengan lainnya.
Perbedaan
itu menjadi ciri khas yang membedakan antara ras yang satu dengan, ras lainnya.
Atau antara etnis satu dengan yang lainnya.
Keberadaan
orang cina tidak di sangsikan lagi. Mereka adalah penghuni tetap bagi kota
jakarta masa lampau. Menurut data tahun 1673, jumlah orang cina di batavia 2700
orang atau 10 persen dari total populasi kota.
Di
batavia, perjudian adalah hal yang biasa dilakukan oleh orang cina, permainan
30 kartu, 38 kartu adalah pemandangan sehari-hari bagi salah satu etnis
terbanyak di kota batavia tersebut.
Susan
blackburn dalam kitabnya, jakarta 400 tahun mengambarkan perjudian adalah hal
yang biasa dilakukan oleh orang cina.
Perjudian dilakukan di rumah-rumah orang
tionghoa yang memang dijadikan sebagai arena judi.
Judi juga dilakukan Ketika
pengadaan pasar malam, atau di ranah lingkungan orang-orang cina di batavia
sendiri.
Tidak
seperti orang-orang pribumi, judi sabung ayam adalah hal yang biasa dilakukan
oleh orang-orang pribumi. Tetapi orang cina kurang tertarik dengan judi semacam
itu. Permainan 30 kartu, 38 kartu adalah hal biasa mereka mainkan.
Bahkan
lebih lanjut menurut susan blackburn, kaum wanita cina juga memainkan judi.
Tidak hanya kaum lelaki saja, kaum wanita juga ikut dalam arena meja judi.
Malah ada sebagian kaum wanita yang intens dalam memainkan perjudiannya.
Jadi
tidak hanya orang cina, judi juga dilakukan oleh orang pribumi asli, meski
bentuknya saja yang berbeda.
Di
masa itu terdapat rumah-rumah judi yang disebut "pathcer" dimana
rumah perjudian tersebut harus membayar pajak bea cukai pada pemerintah kompeni
belanda.
Sebagian
pajak tersebut diberikan pada kapiten cina yang bernama souw beng kong atau
kapiten bencon. Kabarnya sekitar seperlima
pajak dari rumah seperlimanya diberikan pada kapiten cina tersebut.
malah
sebagian orang cina dibatavia bertumpu hidupnya pada rumah-rumah perjudian
tersebut.
Yang
tampakya perjudian tersebut juga dilakukan oleh semua kalangan. Orang-orang
pribumi juga memainkan judi, hanya bentuknya saja yang berbeda.
Diambil
dari buku :
sejarah
Jakarta 400 tahun
kehidupan
sosial di batavia
Baca artikel lainnya
BalasHapus