"Orang cina di batavia, tumpuan ekonomi kota"
Kota
jakarta dahulu bernama batavia. Sebuah kota bergaya eropa yang didirikan oleh
pemerintahan kompeni belanda, vereninging oost indische compagnie atau yang
disingkat VOC tahun 1619.
Sejak
awal pendirian kota batavia, pihak kompeni belanda merasa pusing memikirkan
bagaimana cara membangun perekonomian kota yang baru berdiri.
Terutama
pimpinan tertinggi kongsi dagang belanda, yakni gubernur jenderal J.P Coen yang
merasa pesimis dengan keberadaan masyarakat eropa yang ada di batavia.
Menurut
sang gubernur jenderal, masyarakat eropa di batavia telah banyak yang kaya
dan menjadi tuan tanah.
Sehingga
sulit mengandalkan masyarakat belanda dan eropa. Maka gubernur jenderal J.P
Coen banyak mengirimkan surat-surat keluhan yang ditujukan pada pimpinan VOC di
Amsterdam.
J.P Coen mengeluh melalui surat-suratnya pada
dewan tertinggi kompeni VOC, hereen Zeventien yang ada di Amsterdam.
Dalam
surat-suratnya yang ditujukan pada atasannya tersebut, J.P coen menganggap
orang cina merupakan pihak yang tepat dalam membangun ekonomi kota.
Maka
melalui surat-suratnya yang ditujukan pada pemimpin pusat di Amsterdam, J.P
Coen meyakinkan dewan XVII (heren Zeventien) bahwa orang cina yang dapat
dijadikan tumpuan bagi kota batavia yang baru berdiri tersebut.
gubernur Jenderal J.p Coen, pada masa
pemerintahannya, ia mulai melirik orang-orang cina sebagai tumpuan ekonomi
kota.
Sekitar tahun 1623, Kapal-kapal VOC pun
berlayar hingga ke cina daratan untuk menjemput orang-orang cina yang mau
tinggal dan bermukim di batavia.
Pada
tahun 1619, jumlah orang tionghoa sekitar 400 orang saja.
Jauh
lebih sedikit dari orang-orang belanda pada awal pendirian kota batavia.
Dikota
batavia saat juga terdapat dewan kongkoan, yakni semacam dewan yang berisi
orang-orang cina dimana dewan tersebut bertugas mengayomi orang-orang cina di
kota tersebut.
Sebagai
ketua kongkoan adalah kapiten cina yang bernama souw beng kong.
Hingga
tahun 1631 menurut Susan blackburn dalam bukunya"jakarta 400 tahun"
jumlah orang cina di batavia meningkat hingga kurang lebih 1000 orang.
Hingga
tahun 1673, jumlah orang cina dibatavia makin meningkat. menurut data dan
statistik penduduk, jumlah mereka kurang lebih 2700 orang.
Lebih
banyak dari orang eropa yang kurang lebih berjumlah 2000 orang.
selama
kurun waktu puluhan tahun, jumlah orang cina sudah lebih banyak dari pada
jumlah orang-orang belanda di batavia.
Hal
tersebut karena adanya keinginan dari pembesar kompeni agar menarik orang-orang
cina agar tinggal di batavia.
Perkerjaan
orang cina di batavia adalah sebagai pengusaha, buruh pabrik gula, perkerja di
tempat penyulingan Arak, pedagang, peladang tebu, dsb.
Ada
juga orang-orang cina yang memanfaatkan rumahnya sebagai tempat dagang.
Bagi
nereka yang memiliki rumah dua lantai, lantai 2 dijadikan tempat hunian dan
lantai bawah dijadikan toko untuk tempat dagangan.
Barang-barang
dagangan tersimpan di lantai 1 dan tersusun secara rapih di rak-rak.
Adapun
ada juga orang cina sebagai pekerja di pabrik pembuatan gula. Industri gula
sangat penting, dimana orang-orang cina banyak berkerja di pabrik industri
tersebut .
selain
itu ada juga orang-orang cina yang berkerja di dalam sistem pemerintahan
kompeni belanda.
Yakni
sebagai pegawai kongsi dagang/kompeni belanda. Orang cina banyak diperkerjakan
karena mereka terkenal ulet, rajin dan telaten sehingga dibutuhkan oleh kongsi
dagang belanda tersebut.
ada
juga orang cina yang berkerja di tempat penyulingan arak. Arak/tuak adalah
minuman yang digemari saat itu, khususnya bagi kalangan cina sendiri.
Ketika terjadi tragedi kaliangke pada oktober
1740, yaitu peristiwa pembantaian etnis cina oleh tentara kompeni belanda,
produksi gula menurun drastis karena banyak para pekerja asal negeri tirai
bambu yang terbunuh.
Keadaan
tersebut sangat kacau pasca terjadinya pembunuhan besar-besaran terhadap orang
tionghoa (tragedi pecinan, kaliangke).
Pihak
belanda merasa mengalami kerugian karena ekonomi kota mengalami defisit.
Produksi gula turun drastis hingga gubernur jenderal von imhoff merasa perlu
melakukan pembenahan ekonomi dan normalisasi kembali ekonomi kota.
Selain
itu berkerja di tempat penyulingan arak adalah hal yang biasa, karena Arak
adalah minuman yang banyak dijual dan disukai terutama bagi kalangan tionghoa
sendiri.
Pandangan
orang-orang belanda sendiri, orang cina dipandang sangat rajin, ulet dalam
berkerja, tidak seperti orang pribumi yang lamban, malas dsb.
Itulah
pandangan orang-orang belanda terhadap sosok orang cina di batavia.
Bahkan
ada juga teori dari sejarahwan masa kini yang menyatakan bahwa sebenarnya kota
batavia pada masa awal adalah "kotanya orang cina" dibawah
perlindungan orang-orang belanda, mengingat memang keberadaannya sangat
didambakan oleh orang belanda serta kongsi dagang VOC untuk memajukan ekonomi
kota yang baru berdiri.
Pada
awal pendirian kota bergaya eropa tersebut sebagai penguasanya adalah kompeni
belanda.
Tetapi
yang menjadi ujung tombak pembangunan kota adalah masyarakat cina yang sengaja
didatangkan dan dibutuhkan oleh gubernur jenderal.
Jadi
sebuah bukti, keberadaan orang tionghoa di batavia memang menjadi tumpuan
ekonomi kota, yaitu bagi kota bergaya eropa
bernama batavia yang baru berdiri tegap tersebut.
*susan
blackburn "jakarta 400 tahun"
*gelman
taylor "kehidupan sosial di
batavia"
Bukan untuk SARA
BLOG Ini Berisi Konten Sejarah dan diambil dari banyak literatur
BalasHapus