Senin, 09 Januari 2017

kisah Orang cina di batavia, tumpuan ekonomi kota





"Orang cina di batavia, tumpuan ekonomi kota"






























Kota jakarta dahulu bernama batavia. Sebuah kota bergaya eropa yang didirikan oleh pemerintahan kompeni belanda, vereninging oost indische compagnie atau yang disingkat VOC tahun 1619.





Sejak awal pendirian kota batavia, pihak kompeni belanda merasa pusing memikirkan bagaimana cara membangun perekonomian kota yang baru berdiri.





Terutama pimpinan tertinggi kongsi dagang belanda, yakni gubernur jenderal J.P Coen yang merasa pesimis dengan keberadaan masyarakat eropa yang ada di batavia.







Menurut sang gubernur jenderal, masyarakat eropa di batavia telah banyak yang kaya dan  menjadi tuan tanah.





Sehingga sulit mengandalkan masyarakat belanda dan eropa. Maka gubernur jenderal J.P Coen banyak mengirimkan surat-surat keluhan yang ditujukan pada pimpinan VOC di Amsterdam.





 J.P Coen mengeluh melalui surat-suratnya pada dewan tertinggi kompeni VOC, hereen Zeventien yang ada di Amsterdam.





Dalam surat-suratnya yang ditujukan pada atasannya tersebut, J.P coen menganggap orang cina merupakan pihak yang tepat dalam membangun ekonomi kota.



Maka melalui surat-suratnya yang ditujukan pada pemimpin pusat di Amsterdam, J.P Coen meyakinkan dewan XVII (heren Zeventien) bahwa orang cina yang dapat dijadikan tumpuan bagi kota batavia yang baru berdiri tersebut.




 gubernur Jenderal J.p Coen, pada masa pemerintahannya, ia mulai melirik orang-orang cina sebagai tumpuan ekonomi kota.





 Sekitar tahun 1623, Kapal-kapal VOC pun berlayar hingga ke cina daratan untuk menjemput orang-orang cina yang mau tinggal dan bermukim di batavia.




Pada tahun 1619, jumlah orang tionghoa sekitar 400 orang saja.




Jauh lebih sedikit dari orang-orang belanda pada awal pendirian kota batavia.




Dikota batavia saat juga terdapat dewan kongkoan, yakni semacam dewan yang berisi orang-orang cina dimana dewan tersebut bertugas mengayomi orang-orang cina di kota tersebut.






Sebagai ketua kongkoan adalah kapiten cina yang bernama souw beng kong.




Hingga tahun 1631 menurut Susan blackburn dalam bukunya"jakarta 400 tahun" jumlah orang cina di batavia meningkat hingga kurang lebih 1000 orang.




Hingga tahun 1673, jumlah orang cina dibatavia makin meningkat. menurut data dan statistik penduduk, jumlah mereka kurang lebih 2700 orang.




Lebih banyak dari orang eropa yang kurang lebih berjumlah 2000 orang.




selama kurun waktu puluhan tahun, jumlah orang cina sudah lebih banyak dari pada jumlah orang-orang belanda di batavia.





Hal tersebut karena adanya keinginan dari pembesar kompeni agar menarik orang-orang cina agar tinggal di batavia.






Perkerjaan orang cina di batavia adalah sebagai pengusaha, buruh pabrik gula, perkerja di tempat penyulingan Arak, pedagang, peladang tebu, dsb.






Ada juga orang-orang cina yang memanfaatkan rumahnya sebagai tempat dagang.






Bagi nereka yang memiliki rumah dua lantai, lantai 2 dijadikan tempat hunian dan lantai bawah dijadikan toko untuk tempat dagangan.




Barang-barang dagangan tersimpan di lantai 1 dan tersusun secara rapih di rak-rak.





Adapun ada juga orang cina sebagai pekerja di pabrik pembuatan gula. Industri gula sangat penting, dimana orang-orang cina banyak berkerja di pabrik industri tersebut .




selain itu ada juga orang-orang cina yang berkerja di dalam sistem pemerintahan kompeni belanda.





Yakni sebagai pegawai kongsi dagang/kompeni belanda. Orang cina banyak diperkerjakan karena mereka terkenal ulet, rajin dan telaten sehingga dibutuhkan oleh kongsi dagang belanda tersebut.




ada juga orang cina yang berkerja di tempat penyulingan arak. Arak/tuak adalah minuman yang digemari saat itu, khususnya bagi kalangan cina sendiri.



 Ketika terjadi tragedi kaliangke pada oktober 1740, yaitu peristiwa pembantaian etnis cina oleh tentara kompeni belanda, produksi gula menurun drastis karena banyak para pekerja asal negeri tirai bambu yang terbunuh.



Keadaan tersebut sangat kacau pasca terjadinya pembunuhan besar-besaran terhadap orang tionghoa (tragedi pecinan, kaliangke).



Pihak belanda merasa mengalami kerugian karena ekonomi kota mengalami defisit. Produksi gula turun drastis hingga gubernur jenderal von imhoff merasa perlu melakukan pembenahan ekonomi dan normalisasi kembali ekonomi kota.





Selain itu berkerja di tempat penyulingan arak adalah hal yang biasa, karena Arak adalah minuman yang banyak dijual dan disukai terutama bagi kalangan tionghoa sendiri.



Pandangan orang-orang belanda sendiri, orang cina dipandang sangat rajin, ulet dalam berkerja, tidak seperti orang pribumi yang lamban, malas dsb.




Itulah pandangan orang-orang belanda terhadap sosok orang cina di batavia.




Bahkan ada juga teori dari sejarahwan masa kini yang menyatakan bahwa sebenarnya kota batavia pada masa awal adalah "kotanya orang cina" dibawah perlindungan orang-orang belanda, mengingat memang keberadaannya sangat didambakan oleh orang belanda serta kongsi dagang VOC untuk memajukan ekonomi kota yang baru berdiri.





Pada awal pendirian kota bergaya eropa tersebut sebagai penguasanya adalah kompeni belanda.





Tetapi yang menjadi ujung tombak pembangunan kota adalah masyarakat cina yang sengaja didatangkan dan dibutuhkan oleh gubernur jenderal.




Jadi sebuah bukti, keberadaan orang tionghoa di batavia memang menjadi tumpuan ekonomi kota, yaitu bagi kota bergaya eropa  bernama batavia yang baru berdiri tegap tersebut.













*susan blackburn "jakarta 400 tahun"

*gelman taylor      "kehidupan sosial di batavia"


  Bukan untuk SARA





1 komentar:

  1. BLOG Ini Berisi Konten Sejarah dan diambil dari banyak literatur

    BalasHapus