Kerjasama militer kesultanan
Aceh darussalam dengan turki
utsmani Abad 16
Sejak
lama Kerajaan Aceh Darusalam mengikatkan diri dengan kekhalifahan Islam Turki
Ustmani. Hubungan anatara dua kesultanan mencakup dalam bidang ekonomi,
politik, dan militer.
dalam
berbagai literatur kesultanan Turki Utsmani disebut juga sebagai :
-Turkey
Ottoman
--ottoman
Empire
--ottoman
Dinasty
--osman
Dinasty
-daulah
utsmaniyah
--kesultanan
utsmaniyah
---kesultanan
Turki utsmani
--bani
utsmaniyah
----Daulah
bani utsmaniyah
----khilafah
Utsmaniyah
Turki
utsmaniyah pada Abad 16
pada
Abad ke 16 atau Tahun 1500 an, Turki mencapai puncak kejayaannya dengan wilayah
yang membentang dari Eropa timur Hingga ke teluk Persia.
sebagian
Eropa dibawah kekuasaan Turki utsmaniyah. dengan dipimpin oleh sultan seperti
sultan selim I, sultan sulaiman Al qanun (the magnificent), kemudian Turki
Makin memperluas kekuasaannya Hingga Eropa timur.
Hungarian,
Serbia, bulgaria sebagian yunani menjadi wilayah Turki utsmaniyah. bahkan
wilayah Turki utsmani hampir mencapai Kota wina di Austria, hanya terpaut
beberapa ratus kilometer dari wina.
pada
awal berdirinya, wilayah Turki hanyalah sekitar Asia kecil (minor), dibawah
sultan Osman I.
tetapi
memasuki zaman Abad 16, Turki ottoman semakin berjaya setelah menaklukan Eropa
timur.
serangan
terhadap Eropa timur telah banyak dilakukan pada sejak era sultan Murad I
(1360-1389) dengan takluknya Kosovo, turaqiyah, makedonia, dsb.
Turki
banyak berkonfrontasi dengan penguasa Serbia, bulgaria, hungaria, wallachia,
dsb.
Hingga
memasuki Abad ke 16, atau Tahun 1500 an, wilayah Turki ottoman membentang dari
Eropa timur Hingga ke teluk Persia.
Aceh
Darussalam pada Abad ke 16
sedangkan
Kesultanan Aceh abad 16, atau Tahun 1500 merupakan kesultanan yang baru berdiri
Tahun 1514, Hingga memasuki pertengahan Abad ke 16, Aceh Darussalam di bawah
pimpinan sultan alaudin riayatsyah berhasil menaklukan banyak wilayah di
sumatera.
tidak
seperti Turki utsmani yang telah berdiri selama berabad-abad, Abad ke 16, Aceh
Darussalam baru berdiri Tahun 1514.
seperti
dibawah Pemerintahan sultan alaudin,
Aceh Darussalam menaklukan kerajaan Aru (di timur sumatera), deli, pariaman,
pasaman, tiku, beberapa wilayah di sumatera utara Dan sumatera barat.
Askeyri
beytul mukkades
Sebuah
arsip dari Kesultanan Turki Utsmani yang berisi tentang petisi Sultan Alauddin
Riayat Syah kepada Sultan Sulaiman Al-Qanuni,
membuktikan jika Aceh mengakui penguasa Utsmani di Turki sebagai
kekhalifahan Islam.
Dokumen
tersebut juga berisi laporan soal armada kapal perang bangsa Portugis yang
sering menganggu dan merompak kapal pedagang Muslim yang tengah berlayar di
jalur pelayaran Turki-Aceh dan sebaliknya.
sejak
Tahun 1511, portugis menaklukan malaka. malaka bandar terbesar di Dunia timur,
terutama Asia tenggara Diambil alih oleh portugis dibawah pimpinan Alfonso de
Alberqueque.
kebencian
portugis terhadap islam, tentunya salah satunya dengan semangat gold, glory Dan
gospel.
maka
portugis memakai berbagai Cara untuk menyerang Kesultanan Muslim Dan
bandar-bandar Muslim.
Hingga
akhirnya melalui serangan Tahun 1511, bandar malaka jatuh Dan Diambil alih
bangsa pirtugis.
Bangsa
Portugis juga sering menghadang jamaah haji dari Aceh dan sekitarnya yang menunaikan
ibadah haji ke Mekkah melalui jalur laut.
Oleh
Sebab itu, pihak Aceh mendesak Turki Utsmani agar mengirim armada perangnya
untuk mengamankan jalur pelayaran tersebut dari gangguan armada kafir Farangi
atau Portugis.
Sultan
Sulaiman Al-Qanuni wafat tahun 1566 M, Sultan Selim II yang menggantikannya
mendukung petisi dari Aceh tersebut.
Sultan
Selim II (1566-1574 M) segera memerintahkan armada perangnya untuk melakukan
ekspedisi militer menuju Aceh.
Sekitar
bulan September 1567 M, Laksamana Turki di Suez, Kurtoglu Hizir Reis,
diperintahkan berlayar menuju Aceh membawa sejumlah ahli senapan api, tentara,
dan perlengkapan artileri.
Pasukan
ini oleh Sultan diperintahkan berada di Aceh selama masih dibutuhkan oleh
Sultan Aceh.
Walau
berangkat dalam jumlah yang teramat besar, yang sampai di Aceh hanya sebagian
saja.
Karena
di tengah perjalanan, sebagian armada perang Turki dialihkan ke Yaman untuk
memadamkan pemberontakan di sana yang berakhir tahun 1571 M.
sambutan
sultan aceh terhadap hizir kartoglu reis
Kehadiran armada kekhalifahan Turki Utsmaniyah
pimpinan Laksamana Suez Kurtoglu Hizir Reis disambut dengan penuh suka cita
oleh masyarakat Aceh.
Sebuah
upacara besar diadakan guna menyambut kedatangan Laskar Islam itu di Tanah
Rencong.
Sultan
Aceh menganugerahkan Kurtoglu Hizir Reis sebagai gubernur atau wali bagi pihak
Turki di kesultanan Aceh Darussalam,
yang merupakan utusan resmi Sultan Selim II yang ditempatkan di wilayah
tersebut.
Menurut catatan sejarah, pasukan Turki yang
tiba di Aceh secara bergelombang dari tahun 1564 hingga 1577 M berjumlah lebih
kurang 500 orang.
Mereka
terdiri dari mujahidin yang sangat ahli mempergunakan senjata api, penembak
jitu, dan ahli-ahli teknik.
Dengan
bantuan tentara Turki Ustmani ini, Kesultanan Aceh menyerang Portugis yang
berkedudukan di Malaka.
Turki Utsmaniyah juga berupaya mengamankan
jalur pelayaran ibadah haji dari Nusantara ke Mekkah dari serangan para
perompak dan gangguan armada Portugis.
Turki
juga mengizinkan kapal-kapal Kesultanan Aceh untuk mengibarkan bendera Turki
Utsmani agar aman dari gangguan di laut.
Laksamana
Turki di Laut Merah bernama Selman Reis secara cermat terus memantau setiap
gerakan armada perang Portugis di Samudera Hindia.
Hasil
pantauannya itu dilaporkan oleh Selman ke pusat pemerintahan kekhalifahan Turki
di Istanbul.
Sultan
Alauddin Riayat Syah Al-Qahhar dilantik pada tahun 1537 M, ia sangat menyadari
bahwa Aceh harus meminta bantuan militer kepada Turki.
Di
dalam wilayah kekuasaan Kesultanan Aceh, Turki Utsmani bahkan diperbolehkan
membangun satu akademi militer bernama
Askeri Beytul Mukaddes yang
pengucapannya diubah menurut dialek dalam bahasa aceh menjadi Laskar Baitul
Makdis.
Akademi
pendidikan militer inilah yang kelak dikemudian hari melahirkan banyak pahlawan
Aceh yang memiliki keterampilan dan keuletan tempur yang dalam sejarah
perjuangan rakyat aceh dicatat dalam dalam sejarah Kesultanan tersebut.
dengan
bantuan militer tersebut, Aceh mampu membuat meriam-meriam dari perunggu pada
Abad ke 17, Kesultanan Aceh darussalam mengalami kemajuan berkat jasa dari
Turki utsmani.
kerjasama
terus dilakukan Hingga menjelang Abad ke 19. ketika belanda memberlakukan
traktat sumatera Tahun 1871, aceh darussalam mendapat ancaman dari bangsa
belanda.
Hal itu merupakan salah satu faktor yang
membuat aceh meminta bantuan karena sejak lama antara kesultanan aceh dan turki
terlibat kerjasama dalam bidang politik, militer, ekonomi.
Maka
setelah terjadi traktat sumatera tahun 1871. Kesultanan Aceh mengirimkan
tokohnya ke Turki Utsmani.
pada Abad ke 16, Turki memang banyak memberikan bantuan kepada kesultanan aceh Darussalam.
tetapi ketika terjadi perang kolonial belanda pada Abad ke 19,
(prang beulanda) atau perang aceh yang dimulai Tahun 1873, Turki utsmani tidak
Dapat memberikan bantuan pada kesultanan Aceh Darussalam.
karena Turki sedang terlibat perang dengan
Rusia, kerajaan Turki Utsmani tidak bisa memberikan bantuan kepada kesultanan
aceh.
periodesasi
sejarah turki utsmani :
Tahun
1299-1329 ; pemerintahan sultan Osman I
tahun
1329-1360 : pemerintahan sultan Orkhan I
tahun
1360-1389 ; Pemerintahan sultan Murad I
tahun 1389-1402
: Pemerintahan Sultan Bayazid I
tahun
1402-1413 : Masa disintegrasi dan
perpecahan
Tahun
1413-1421 : pemerintahan Sultan Muhammad I
Tahun
1413-1451 ; pemerintahan sultan Murad II
Tahun
1451- 1481 : pemerintahan sultan Muhammad II
Tahun
1481- 1512 ; pemerintahan sultan Bayazid
II
Tahun
1512-1520 : pemerintahan Sultan Selim I
Tahun
1520-1560 : pemerintahan sultan sulaiman Al Qanun
Tahun 1560-1574 : Pemerintahan Sultan Selim II
Pengiriman ahli senjata, tentara turki Utsmani ke
Aceh dibawah Hizir Kartoglu Reis
dst.........................
sumber
Diambil dari :
Muhammad
said, sejarah aceh, aceh sepanjang abad
sejarah
umat Islam, Hamka
sejarah
indonesia, universitas terbuka
Bangkit
Dan runtuhnya khilafah utsmaniyah
prof.
Dr. Muhammad As Shalabi
buku sejarah daerah aceh, penerbit depdikbud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar