Senin, 26 Desember 2016

Orang keturunan yahudi di jakarta tempo dulu



Orang keturunan yahudi di Jakarta tempo dulu




Jakarta tempo dulu dipenuhi beragam manusia, mulai dari kalangan eropa, orang belanda, orang Eurasia atau yang dikenal dengan percampuran ras Eropa dan Asia hingga orang cina dan orang portugis hitam. Selain itu dijakarta tempo dulu juga ada orang-orang yahudi yang banyak bermukim di kawasan sekitar mangga dua.



Bagi masyarakat awam pribumi mereka tidak bisa membedakan orang-orang keturunan yahudi dan orang-orang Arab, karena bagi masyarakat Pribumi asli  yang bermukim di Batavia, mereka memandang ciri fisik antara orang yahudi dan Arab memiliki cirri fisik yang hampir sama. Selain itu orang keturunan yahudi yang bermukim di sana juga mampu berbahasa arab. tentunya jumlah orang yahudi hanya sedikit saja diantara total keseluruhan jumlah penduduk kota.



Mereka melakukan peribadatan dan berkumpul di hari Sabbath. Hari Sabath adalah hari dimana orang yahudi Beribadah. Bahkan kisah-kisah tentang peribadatan hari Sabbath juga tertera dalam kitab suci Al Qur’an. Dengan dipimpin oleh Rabbi (imam Yahudi) mereka beribadah setiap hari yang disakralkan bagi mereka untuk beribadah, yakni hari Sabbath.



Keberadaan mereka terkait karena di Eropa sedang bergejolak. Adanya gerakan Holocaust di Jerman dan wilayah lainnya di eropa membuat imigran-imigran Yahudi masuk ke Hindia belanda atau sebutan bagi Indonesia tempo dulu. Walaupun Jumlah mereka tidak begitu banyak atau hanya minoritas di Batavia. Seperti yang kita ketahui, banyak kekerasan yang dilakukan oleh pihak jerman terhadap orang-orang yahudi di seantero Eropa, karena itu salah satu faktor keberadaan mereka di Jakarta tempo dulu.





Ya Jakarta tempo dulu memang dikenal sebagai kota dengan multikulturisme dan heterogen. Berbagai macam Budaya, agama, Ras, Kepercayaan dan bangsa tumpah ruah dalam heterogenitas kehidupan di kota yang menjadi pusat bagi pemerintahan Hindia Belanda. Sampai sekarang pun kota yang menjadi Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia pun masih tetap seperti itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar