"anyer-panarukan"
![]() |
Herman willem daendles, (lukisan raden Saleh) tahun 1838 pencetus jalan raya pos pertama di pulau jawa |
Sebelum abad 19, di pulau jawa belum
terdapat jalan yang menghubungkan seluruh
pulau jawa.
karena tanah jawa terdapat beberapa
kerajaan yang terpisah, seperti mataram, banten.
pulau jawa bukanlah bagian dari
sebuah negara yang bersatu layaknya NKRI seperti zaman sekarang.
Karena itu di pulau jawa tempo dulu
hanya ada jalan yang menghubungkan antar wilayah dan jalan desa-desa.
Pada era dahulu Menurut beberapa
sumber perjalanan dari batavia menuju surabaya memerlukan waktu 14 hari jika
musim kemarau.
Terlebih jika musim hujan tiba, perjalanan yang
menghubungkan 2 kota terbesar di pulau jawa tersebut mencapai 21 hari lamanya.
begitu juga dengan pengiriman pos
memerlukan waktu lebih dari seminggu.
Hingga perjalanan dengan kapal laut
dapat lebih sering dilakukan pada zaman itu.
Perjalanan dengan kapal laut lebih
banyak dilakukan dari pada melewati hutan belantara atau menerobos kawasan
pegunungan.
Menurut beberapa sumber, perjalanan
antara jakarta-surabaia pada masa silam memerlukan waktu 14 hari. Dengan
melewati jalan yang menghubungkan desa-desa.
Atau antara jakarta dengan wilayah
surakarta-ngayogyakarta membutuhkan waktu paling cepat 8 hari.
Pembangunan jalan raya anyer panarukan (Jalan raya pertama di pulau jawa)
Memasuki zaman penjajahan oleh
pemerintahan belanda-perancis, tepatnya tahun 1808, mulai dicanangkan
pembangunan jalan raya pos sepanjang 1000 kilometer panjangnya
Ketika gubernur jenderal herman
willem daendles berkuasa, tahun 1808, Marschaalk herman willem daendles, sang
jenderal guntur atau diktator bertangan besi memerintahkan pembangunan jalan
pertama di seantero tanah jawa.
Jalan yang dikenal dengan nama Jalan
Anyer-panarukan.
Pada Bulan mei 1808, Daendles
menyuruh para bupati agar mengurusi pembangunan jalan dari buitenzorg (bogor)
sampai cirebon.
Dua bulan berikutnya daendles
memerintahkan lagi pada 38 bupati di semarang agar membangun jalan dari cirebon
hingga surabaya dengan menghubungkan jalan desa-desa yang telah ada.
Jalan Anyer-panarukan dibangun pada
pertengahan bulan Mei tahun 1808 hingga pertengahan tahun 1809.
Pembangunan jalan ini dilakukan pada
bulan mei tahun 1808.
Ketika Herman Willem Daendles
memerintahkan para bupati agar membangun jalan dari buitegzorg (bogor) hingga
cirebon.
kemudian pada bulan juli tahun 1808
Daendles menyuruh 38 bupati di semarang agar membangun jalan tersebut hingga ke
surabaya.
Pembangunan jalan itupun dimulai dan pada
bulan Septembar 1808 pembangunan jalan telah sampai pemalang, batang, pekalongan.
Pembangunan jalan itu begitu cepat
hingga pada bulan November hampir sampai ke Surabaya.
Akhir november 1809 Daendles
melakukan inspeksi dan melihat jalan itu secara langsung.
Dan saat itu Daendles menyuruh agar
pembangunan jalan diteruskan hingga Panarukan.
Panarukan dipilih karena kota
tersebut merupakan kota penting sejak zaman dulu, terbukti dengan adanya tugu
portugis dan benteng belanda di dekatnya.
Selain itu keberadaan Panarukan sejak lama
merupakan pelabuhan Majapahit yang penting selain ujung galuh.
Hal itu dikemukakan oleh Sejarahwan
Asviwarman Adam tentang pentingnya Panarukan sejak zaman majapahit.
pembangunan jalan raya pertama itu terjadi
selama kurang lebih satu tahun. dimulai pada tahun pertengahan tahun 1808
hingga 1809.
dengan rute pembangunan jalan
meliputi, anyer-batavia-bogor-megamendung-cisarua-cianjur-bandung-sumedang-cirebon-tegal-pekalongan-semarang-rembang-surabaia-panarukan.
kurang lebih 1000 kilometer
panjangnya dari ujung banten, yakni kawasan anyer hingga panarukan.
daendles pada masa pemerintahannya
berupaya memperbaiki tata administratif di jawa.
karena itulah ketika sampai di
batavia ia segera menyusun rencana untuk membangun jalan raya pertama seantero
jawa.
untuk kepentingan tersebut daendles
melakukan pertemuan dengan bawahannya, termasuk para bupati pribumi.
Kronologi pembangunan jalan raya anyer-
panarukan :
1 januari 1807
daendles diangkat sebagai gubernur
Jenderal oleh louis napoleon di
Pulau jawa.
1 januari 1808
gubernur jenderal Herman W. Daendles
sampai di pelabuhan kecil di Banten
5 Januari 1808
Daendles sampai ke Batavia dari anyer
menempuh jalan darat.
14 Januari
Daendles secara resmi dilantik
Sebagai Gubernur
Setelah menerima jabatan dari
Gubernur Jenderal sebelumnya
Mei 1808
Daendlesmemerintahkanpara bupati bawahannya membangun jalan dari
Bogor-cirebon
Juli 1808
Daendles memerintahkan 38 bupati agar
dibangun jalan dari cirebon-Surabaya
September 1808
pembangunan jalan telah sampai ke
batang, pekalongan, pemalang.
November 1808
Pembangunan jalan hampir memasuki surabaya dan daendles Melakukan inspeksi untuk melihat jalan secara langsung.
Pertengahan Tahun 1809
Pembangunan jalan telah
Selesai
hingga panarukan.
Meskipun tentang pembangunan jalan
tersebut, terdapat perbedaan pandangan. Bahwa daendles tidak benar-benar
membangun jalan Raya sepanjang 1000 kilometer tersebut.
Tetapi daendles membangun jalan
tersebut bukan dari anyer, tetapi dari kawasan buitenzorg, atau bogor.
Karena Menurut beberapa sumber jalan Raya yang
membentang dari kawasan anyer- Batavia telah Ada sejak era kesultanan banten.
Pembangunan jalan pada era tersebut
diurusi oleh bupati pribumi. Dimana bupati pribumi menjadi bawahan bagi
orang-orang belanda.
Dan pada era tersebut, daendles
sebagai gubernur jenderal memerintahkan para bupati agar mengerahkan tenaga rakyat
dari desa-desa agar melakukan kerja paksa.
Pembangunan jalan tersebut
menimbulkan korban jiwa bagi rakyat. Dengan adanya kerja paksa, ribuan orang
tewas.
Seperti kejadian dimegamendung,
kawasan puncak. Medan Pembuatan jalan yang menerobos kawasan serta adanya wabah
penyakit dan kekurangan bahan makanan menimbulkan korban jiwa di kalangan
penduduk.
ketika selesai dibangun pada tahun
1809, perjalanan dari jakarta-surabaya yang tadinya membutuhkan waktu 14 hari
dapat dipangkas hingga kurang lebih 4 hari.
begitu pula pengiriman pos yang
tadinya membutuhkan waktu kurang lebih seminggu dapat dipotong hingga kurang
lebih 2-3 hari.
tetapi walaupun jalan tersebut telah
dibuat, hanya pribumi kalangan tertentu saja yang boleh melewati jalan itu,
yakni elit pribumi.
kalangan rakyat jelata tidak
diizinkan melewati jalan tersebut. jadi selama berpuluh-puluh tahun, rakyat
tidak diizinkan melewati jalan tersebut.
Pihak belanda merasa keberatan dengan
adanya kendaraan milik pribumi yang melintas karena dapat membuat kerusakan
bagi jalan tersebut.
hingga tahun 1857 pemerintah kolonial
belanda mengizinkan diberlakukannya undang-undang yang mengizinkan golongan
rakyat juga berhak melintas di atas jalan raya pos tersebut.
Sampai sekarang, sisa-sisa
pembangunan jalan raya pertama seantero jawa tersebut masih simpang siur.
sisa-sisa pembangunan jalan raya yang
dibangun daendles.
Dimanakah letak sisa-sisa jalan yang dibangun
pada tahun 1808-1809 masih menjadi problematika yang sulit dipecahkan.
tetapi eksistensi dari keberadaan
jalan raya pertama di jawa tersebut masih ada. Jalan yang menembus kawasan
megamendung di kawasan puncak adalah salah satu sisa-sisanya.
bahkan di kawasan bogor, jl. Jend.
Ahmad yani yang disekelilingnya terdapat pohon -pohon besar juga adalah bukti
nyata keberadaan jalan raya pertama.
selain itu jalan yang membentang
dikawasan cadas pangeran di sekitar sumendang juga menjadi saksi bisu dari
pembangunan jalan raya anyer panarukan.
meskipun begitu ada sejarahwan yang
tidak nenyetujui pendapat diatas. Karena sebelum era kolonialisme, jalan yang
menghubungkan kawasan banten hingga batavia sudah terdapat sebelumnya.
diambil dari :
buku ekspedisi anyer-panarukan,
penerbit kompas
sejarah indonesia, H.M vlakke
sejarah indonesia, PT. karunika Jaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar