Selasa, 06 Desember 2016

Jakarta tempo dulu, kuburan bagi orang-orang belanda



   Jakarta Masa lampau, Graff der Hollander














                                             










Jakarta tempo dulu atau yang bernama Batavia memang memiliki segudang cerita. mulai dari kisah keindahannya sehingga dijuluki "Ratu dari Timur".



Keberadaan kota batavia telah muncul sejak tahun 1619, hingga pada masa sekarang menjelma menjadi kota jakarta.



Selain itu kota Jakarta Tempo dulu juga disebut  "Graff der Hollander" karena banyak orang belanda yang tewas dikota,  akibat wabah penyakit seperti kolera dan disentri.




Jakarta tempo dulu memiliki nama resmi dan dikenal dengan stad Batavia yang mulai dicanangkan oleh Pemerintah Belanda sejak tahun 1621.


Batavia atau Jakarta tempo dulu juga dijuluki Graff der Hollander yang berarti "kuburan" bagi orang-orang belanda.



Selain memiliki keindahannya, sehingga dijuluki Ratu dari Timur" , kota ini juga menyimpan sisi kelam karena banyaknya orang-orang belanda yang tewas di Batavia.










------Keadaan kota batavia atau jakarta zaman dahulu----





Selama kurun waktu abad 18, keadaan di kota batavia mulai berubah. Hal tersebut karena keadaan kota batavia yang mulai penuh sesak dengan penduduk karena jumlah penduduk makin meningkat pada abad ke 18.



selain itu karena sistem sanitasi yang tidak bersih menyebabkan kota batavia tidak seperti abad-abad sebelumnya.




 Hal tersebut dikatakan oleh gelman taylor dalam buku kehidupan sosial di batavia, bahwa banyak timbul korban jiwa akibat perbedaan iklim di eropa dan iklim tropis di batavia yang kurang cocok bagi orang-orang belanda serta wabah penyakit.



Hal serupa juga dikabarkan dalam buku "jakarta 400 tahun" jika akibat wabah penyakit menyebabkan tewasnya warga kota batavia dari kalangan belanda dan eropa.



















----batavia, graff der holander---








Dijuluki Kuburan bagi orang-orang belanda, kita bisa mengetahui dari kisah-kisah yang ditulis oleh "de Graaf".





De graff, seorang ahli bedah, ia pernah mengunjungi batavia dari eropa dan banyak menuliskan catatan perjalanannya tentang banyaknya kematian dari orang-orang belanda dan eropa.



seorang ahli bedah yang bernama de graaf pernah mengunjungi Batavia dari belanda. ia bersama dengan kurang lebih 300 orang berangkat dengan menggunakan kapal besar ke batavia.



pada masa itu belum ada terusan suez sehingga perjalanan kapal laut membutuhkan waktu sedikitnya 6 bulan berada diatas kapal laut.





Saat itu perjalanan kapal harus melewati perairan afrika. Mulai perairan afrika barat, perairan afrika selatan hingga tanjung harapan dan melewati perairan afrika timur lalu menuju ke india.




tampaknya rute laut tersebut telah lama digunakan oleh orang-orang eropa untuk sampai ke india.



 Penemuan jalur laut itu terjadi sekitar abad ke akhit abad ke 15 oleh vasco da gama.




Lebih lanjut menurut de graff, Dalam perjalanan laut tersebut, penumpang kapal terserang wabah penyakit.





Hingga terjadi korban tewas diatas kapal. Dari 300 penumpang diatas kapal, korban tewas hingga mencapai 85 orang.





belum lagi sebagian penumpang diatas kapal mengalami kegilaan atau ganguan jiwa. Hal tersebut karena lamanya perjalanan kapal yang membutuhkan waktu menyebabkan beberapa penumpang kehilangan kewarasannya. sebagian penumpang yang gila tersebut harus diikat di tempat tidur.


Tujuannya adalah untuk tidak menganggu penumpang lainnya yang masih waras.




Ketika kapal telah sampai dibatavia,  tidak jarang dari penumpang kapal tersebut yang tewas setelah berhari-hari berada di batavia.






Faktor iklim adalah salah satunya. Iklim Tropis ternyata tidak cocok bagi orang-orang belanda sehingga ketika menjejakkan kaki beberapa bulan di kota ini, orang-orang belanda pun meregang nyawa. 














----wabah penyakit kolera, disentri----




Selain dari ketidakcocokan iklim juga faktor yang lain adalah wabah penyakit.





banyak orang-orang belanda yang tewas akibat wabah penyakit seperti kolera dan disentri, seperti istri dari Gubernur Jenderal J.P Coen.




Wabah penyakit yang melanda batavia pada sekitar abad 18 menyebabkan banyak warga batavia yang berasal dari kalangan Eropa tewas.




Seperti yang dikatakan oleh Gelman Taylor, kadangkala ada orang-orang  belanda yang tewas secara mendadak dan misterius,.



padahal beberapa jam sebelumnya mereka menghadiri makan malam bersama keluarganya, tetapi pada pagi harinya mendadak tewas ditemukan di kamarnya.



bukan hanya dijakarta atau batavia, nampaknya seluruh wilayah di hindia belanda atau nusantara juga menyebabkan orang-orang belanda dan inggris tewas karena wabah penyakit.



Dibeberapa sumber juga disebutkan jika orang-orang eropa di batavia berbeda dengan orang-orang tionghoa.




Adanya pengobatan dan ramuan ala cina membuat warga tionghoa di batavia lebih kebal menghadapi penyakit.










J.P Coen, pendiri kota batavia











----kisah kapten cook---





Kisah lain seperti cerita dari kapten cook. Sekitar akhir abad ke 18, kapten cook dan awak kapalnya pada saat itu berkunjung ke batavia.



pada masa itu batavia adalah kota pelabuhan transit bagi kapal-kapal.




pelaut biasa singgah di kota batavia untuk mengambil.perbekalan dan sarana logistik dari kota batavia.




 Hal itu menjadi lumrah karena butuh waktu berbulan-bulan lamanya dalam perjalanan laut. sebuah pemandangan yang biasa saat itu, kapal dari keluar masuk kota batavia





kapten cook dan awak kapalnya singgah di batavia pada bulan oktober. Dan saat itu keadaan awak kapal masih sehat dan belum ada tanda-tanda terkena penyakit.




Tetapi memasuki bulan desember secara mendadak awak kapal tersebut terkena penyakit, penyakit tersebut juga menyebabkan banyak awak kapal yang meregang nyawa.






padahal ketika beberapa bulan sebelumnya awak kapal masih segar bugar dan belum ada tanda-tanda terkena penyakit. Terapi setelah beberapa bulan lamanya singgah di batavia, awak kapal mendadak tewas.





mungkin masih banyak kisah lainnya, kenapa kota jakarta pada era lampau disebut sebagai "graff der holander".






Kisah yang dituturkan oleh de graff mungkin hanya sekelumit kisah dari maraknya cerita di kota ini.













Museum fatahillah, bekas bangunan balaikota belanda









-----pemindahan pusat pemerintahan ke kawasan weltevreden----






Hingga pada abad ke 19, pemerintahan beralih ke belanda- perancis. Dimana herman willem daendles gubernur bawahan napoleon bonaparte mulai berkuasa di tanah jawa.



keadaan dalam kota batavia (jakarta masa lampau) membuat sang gubernur jenderal tersadar.





Keadaan kota yang terlalu banyak jumlah pendduduknya, penuh sesak menyebabkan gubernur jenderal besutan belanda perancis tersebut memindahkan pusat pemerintahan.





pada akhirnya pada abad ke 19, Gubernur Jenderal Herman willem Daendles (1808-1811) menganggap kawasan Old Batavia, kota tua terlalu penuh dengan penduduk dan memindahkan pusat pemerintahan ke kawasan Weltervreden.




Gubernur jenderal herman willem daendles juga berupaya memindahkan penduduk dari kawasan oud batavia menuju kawasan yang lebih selatan, yakni weltevreden. walaupun proses pemindahan itu secara berangsur-angsur.




Weltervreden merupakan sebuah kawasan di selatan Oud batavia atau kota tua . Weltervreden adalah kawasan sekitar monas, lapangan banteng atau Menteng.



Weltevreden berarti " dalam keadaan tenang Dan nyaman", sebuah kawasan di selatan oud Batavia atau Kota tua. Yakni kawasan yang bertanah datar Dan dikelilingi Rawa-rawa.






Pusat pemerintahan yang tadinya berada di kawasan Kota tua (oud Batavia) dipindahkan ke kawasan yang lebih selatan, yakni sekitar Monas, menteng.









sebuah survey yang dilakukan pada tahun 1900 menunjukan penduduk batavia hanya kurang lebih 116.000 orang, sedangkan Surabaya berpenduduk lebih banyak yaitu 147.000.






mengenai jumlah penduduk batavia yang berjumlah lebih sedikit karena angka kematian atau mortalitas yang lebih tinggi dari pada di kota-kota lainnya di pulau Jawa. 






Wabah penyakit, kehidupan yang tidak sehat dijalani oleh warga kota sehingga menyebabkan angka kematian yang lebih tinggi dari pada kota-kota lainnya.





Jadi Kota jakarta tempo dulu selain dikenal sebagai Ratu dari Timur , sebuah kota yang memiliki segala macam keindahannya, ternyata juga yang menyimpan sisi hitam serta sejarah kelam bagi orang-orang belanda.

















Diambil dari :




Jakarta 400 tahun, Susan Blackburn

Kehidupan sosial di Batavia, gelman Taylor

Sejarah Indonesia. B.H.M vlacke

Betawi, queen of the east. Alwi Shahab




Tidak ada komentar:

Posting Komentar