Asal mula keberadaan orang Cina di Pecinan/Glodok
Etnis
cina atau tionghoa telah mendiami jakarta sejak 400 tahun lalu dimana
keberadaan mereka tersebar di berbagai wilayah jakarta. Diantaranya adalah
wilayah glodok atau pecinan.
sejak
kota jakarta masih bernama batavia, etnis cina adalah penghuni tetap di kota
jakarta masa lampau.
Keberadaan mereka menjadi satu diantara
banyaknya etnis di kota yang didirikan oleh bangsa belanda tersebut.
diantara
berbagai bangsa yang menghuni kota batavia, jumlah orang-orang cina pun lebih
banyak dari pada orang-orang belanda atau eropa sekalipun.
hingga
batavia menjelma menjadi jakarta pada nantinya, dimana jakarta menjadi ibukota
dari negara kesatuan republik indonesia, eksistensi salah satu etnis yang
menghuni kota jakarta tempo dulu tersebut masih pun bercokol di ibukota.
kalangan
tionghoa, penghuni kota jakarta sejak 400 tahun lalu
ketika
Jakarta menjadi salah satu wilayah kekuasaan Banten atau yang disebut dengan
Jayakarta.
Keberadaan
orang-orang cina merupakan salah satu etnis dari banyaknya bangsa, etnis dan
ras yang ada di Jayakarta.
Tetapi
ketika Jayakarta ditaklukan bangsa belanda. Jayakarta dirubah namanya menjadi
Batavia.
Ketika
belanda berkuasa melalui kongsi dagangnya tahun 1619, jumlah Orang cina di
Batavia semakin banyak.
Keberadaan orang di batavia tidak lain karena
keinginan dari pihak kompeni belanda sendiri untuk mendatangkan orang-orang
cina di kota yang baru berdiri tersebut.
pada
awal pembangunan kota batavia, jumlah orang cina sedikit hanya sekitar 400
orang, mereka difasilitasi oleh sebuah dewan yang bernama dewan kongkoan yang
dikepalai oleh kapiten cina bernama souw beng kong.
Tugas
dewan kongkoan adalah sebagai tempat/wadah bagi orang-orang cina dan menyipkan hal-hal upacara keagamaan serta
memfasilitasi upacara pemakaman bila ada orang tionghoa yang meninggal.
Adalah
Gubernur Jenderal J.P. Coen, pemimpin kongsi dagang belanda ( VOC ) ke 4 dan ke
6 yang banyak mendatangkan orang cina ke batavia.
saat
itu Gubernur Jenderal J.P Coen merasa pesimis dengan kinerja orang-orang Eropa
karena jumlah mereka sedikit.
Lagi pula banyak dari orang eropa yang
hidupnya makmur dan telah menjadi tuan tanah. Hingga gubernur jenderal merasa
tidak dapat mengandalkan orang belanda untuk membangun ekonomi kota yang baru
berdiri.
Maka
J.P coen menyampaikan keluhannya melalui surat-surat pada Heren Seventien atau
dewan pusat VOC di Amsterdam, negeri belanda.
Maka
tahun 1622, Pihak Kongsi dagang belanda, VOC mengirimkan kapal-kapal dagangnya
ke cina.Untuk mengangkut orang-orang cina ke batavia.
Banyak
dari orang Cina yang berpindah ke ke batavia dan menyambung hidup disana. J.P
Coen sendiri dekat dengan kapiten Cina bernama kapiten Bencon.
Sang
gubernur Jenderal kadang berjalan-jalan pada sore hari ditemani prajurit
musketeer dan minum teh bersama kapiten Cina tersebut.
kisah
awal keberadaan etnis tionghoa di kawasan glodok
Sejarah
mencatat Tahun 1740, merupakan peristiwa yang mengerikan bagi kalangan orang
tionghoa di batavia (jakarta).
Terjadi
pembunuhan massal yang dilakukan tentara kompeni belanda terhadap masyarakat
cina. Korban jiwa mencapai ribuan orang.
Mayat-mayat
orang cina dibuang ke kaliangke. Konflik kompeni belanda-tionghoa yang terjadi
tahun 1740 berakhir dengan kemalangan bagi kalangan orang tionghoa.
di
sebuah kawasan yang disebut dengan patekoan, terdapat pendekar-pendekar cina
yang dikenal sebagai guru silat atau jago kungfu. Dimana mereka tersohor
sebagai jago silat.
Pada
era tersebut orang cina lebih banyak mengadu pada guru-guru kungfu tersebut.
Karena nyatanya kapiten cina lebih memihak kompeni belanda. Kapiten cina
merupakan "rekan" kompeni sejak lama.
Sehingga
ketika terjadi peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh kompeni terhadap
orang-orang cina tahun 1740, praktis para guru silat di pateokan menjadi tempat
mengadu bagi kalangan tionghoa.
Tetapi
nasib 8 pendekar cina tersebut berakhir di ujung eksekusi mati. Tragis,
kehebatan para pendekar-pendekar kungfu
cina pun tidak bisa menandingi meriam-meriam serta senjata milik kompeni.
para
guru kungfu ditangkap dan ditawan oleh pihak kompeni hingga dieksekusi mati
oleh kompeni.
Eksekusi
massal dilakukan oleh pihak kompeni atas orang-orang tionghoa yang tertangkap.
Di halaman bangunan stadhuis van batavia ( kini museum sejarah jakarta)
orang-orang tionghoa menemui ajalnya.
Sejak
lama gubernur jenderal valkcneir menaruh curiga pada etnis cina. hingga banyak
orang cina di deportasi oleh gubernur jenderal valcknier hingga ke ceylon di
selatan india.
Salah
satunya jumlah orang Cina yang meningkat drastis pada Abad 17, banyaknya
orang-orang Cina yang tersohor Dan kaya di Kota tersebut menghadirkan
kecemburuan bagi pihak kompeni belanda.
Adalah
gubernur jenderal Adrian valckeneir, gubernur jenderal kompeni yang terkenal
keras Dan bertangan besi terhadap orang-orang tionghoa di Batavia.
Ia
menetapkan peraturan-peraturan yang keras Dan menekan orang Cina sehingga
membuat amarah bagi orang-orang Cina di Batavia.
Tetapi
terjadi sebuah isu yang membuat amarah tionghoa dimana sebagian orang-orang
cina tersebut dibuang ke laut sebelum kapal tiba di ceylon.
hak
orang-orang cina dikekang, kebebasan mereka di tawan. Hingga meninbulkan
konflik dan perang antar orang-orang cina melawan kompeni.
Hingga
terjadi perlawanan orang-orang Cina terhadap kompeni belanda yang berujung
konflik besar
Tetapi
konflik yang terjadi pada bulan oktober 1740 masehi malah berakhir malang bagi
etnis tionghoa.terjadi pembunuhan massal yang dilakukan kompeni terhadap salah
satu etnis penghuni kota tersebut.
Kecemburuan petinggi Belanda terhadap Tionghoa di batavia
Ada sebuah teori yang mengatakan bahwa salah satu hal yang membuat perlakuan keji orang Belanda terhadap komunitas Tionghoa di Batavia adalah karena kecemburuan.
Banyaknya orang Tionghoa yang tersohor dan kaya di kota besutan bangsa Belanda tersebut menghadirkan "kecemburuan" dan iri bagi petinggi Belanda di Batavia.
Sama dengan bangsa Belanda dengan pengusahanya yang kaya dan sukses, begitu pula orang -orang Tionghoa yang jumlahnya semakin banyak dengan pengusahanya yang sukses.
Kecemburuan petinggi Belanda terhadap Tionghoa di batavia
Ada sebuah teori yang mengatakan bahwa salah satu hal yang membuat perlakuan keji orang Belanda terhadap komunitas Tionghoa di Batavia adalah karena kecemburuan.
Banyaknya orang Tionghoa yang tersohor dan kaya di kota besutan bangsa Belanda tersebut menghadirkan "kecemburuan" dan iri bagi petinggi Belanda di Batavia.
Sama dengan bangsa Belanda dengan pengusahanya yang kaya dan sukses, begitu pula orang -orang Tionghoa yang jumlahnya semakin banyak dengan pengusahanya yang sukses.
---akhir
dari tragedi oktober 1740---
Ketika
terjadi pembantaian orang cina Oleh tentara VOC (kongsi dagang milik belanda)
pada bulan oktober 1740. mengakibatkan ribuan orang cina terbunuh.
Seperti yang disebutkan oleh Vermeulen jumlah
orang cina hanya tinggal 600 orang di dalam tembok kota Batavia. Sebagian orang
cina terpaksa melarikan diri keluar tembok kota Batavia.
Jumlah
masyarakat cina menurun drastis di kota batavia , produksi gula mengalami
penurunan. Karena banyak pabrik gula yang tidak beroperasi. timbul defisit ekonomi
pasca terjadinya Tragedi kali Angke.
Produksi Gula sempat terhenti karena tadinya
banyak buruh pabrik gula dan pengusaha gula dari kalangan Cina yang terbunuh.
orang
cina yang awalnya sebagai kawan atau rekan dari belanda sejak lama, pada
oktober 1740 menjadi korban keganasan pemerintahan kompeni.
Di
dekat museum sejarah jakarta (stadhuis, balaikota batavia jaman dulu)
berlangsung eksekusi masal terhadap orang-orang tionghoa.
Tadinya
seperti yang dikatakan Van maurik, orang cina dan pemukimannya menyebar hampir
di seantero kota batavia.
Pemukiman Cina di batavia padat, rumah mereka
terbuat dari batu bata saling berdempetan satu sama lainnya. Ada Rumah yang
berlantai satu dan adapula orang tionghoa yang berlantai 2.
sebelum
terjadinya peristiwa kaliangke tersebut, jumlah orang cina di batavia mencapai
lebih dari 10.000 orang.
Tetapi
akibat konflik, pembantaian tersebut, jumlah orang cina hanya tinggal kurang
lebih 600 orang. Hal itu seperti yang dikatakan oleh vermeulen dalam
tulisannya.
Ekonomi kota juga mengalami kemerosotan,
karena jumlah warga kota yang mendadak berkurang drastis.
Orang
cina tadinya banyak menempati sektor dalam perekonomian kota, secara tiba-tiba
dibabat habis oleh pemerintahan kompeni dengan warga pribumi.
tetapi
kasus tragedi kaliangke itu ternyata menyeret gubernur jenderal, adrian
valckeneir ke pengadilan hingga terpaksa diberhentikan.
ilustrasi : orang cina dibatavia pada masa lampau |
mobilisasi orang-orang tionghoa ke kawasan
pecinan
Setelah terjadinya pembantaian Orang tionghoa
di batavia pada oktober 1740. Orang cina mulai dimobilisasi ke kawasan Pecinan
atau kawasan glodok dan sekitarnya.
Pihak
kongsi dagang belanda merasa Khawatir bilamana terjadi kembali pemberontakan.
Maka
Masyarakat Tionghoa/cina sengaja diberikan tempat di pecinan untuk memudahkan
pengawasan. Setelah terjadi trgedi kaliangke, orang cina sengaja ditempatkan di
kawasan glodok (pecinan) tersebut.
Tidak heran keberadaan Orang Tionghoa dan
keturunannya banyak di kawasan pecinan/Glodok hingga sekarang.
yang kini menjadi warga negara Indonesia. Hal
tersebut menjadi lumrah, karena bangsa Indonesia terbentuk dari keanekaragaman
dan Multikulturalisme.
tampaknya terdapat ketakutan tersendiri bagi
pihak kompeni, suatu waktu akan terjadi perlawanan dari orang cina itu kembali.
Maka oleh pihak kompeni belanda, mereka
sengaja dimobilisasi ke kawasan pecinan/glodok untuk memudahkan pengawasan.
Dimana orang-orang cina yang hendak
keluar-masuk kawasan tersebut mendapatkan pengawasan ketat dari kompeni.
Jadi setelah tahun 1740, setelah terjadinya
peristiwa kaliangke, orang cina mulai ditempatkan di kawasan pecinan, glodok.
Sebuah fakta sejarah, jika kehadiran
orang-orang Cina di Jakarta Dan pecinan telah eksis jauh hadir sebelum Republik indonesia berdiri.
Maka sudah sepantasnya mereka kini menjadi
bagian dari masyarakat Jakarta khususnya Dan indonesia pada umumnya.
Tidak heran hingga kini keberadaan keturunan
orang-orang tionghoa banyak di kawasan pecinan dan glodok.
Bukan berisi SARA
Diambil dari :
Buku Jakarta 400 tahun karya susan blackburn
Buku
kehidupan sosial di batavia karya gelman
taylor.
Baca juga artikel lainnya
BalasHapusTerima kasih
BalasHapusBaca juga artikel lainnya
BalasHapusBaca artikel lainnya
BalasHapus