Jumat, 02 Desember 2016

Asal mula keberadaan orang Cina di Glodok

          Asal mula keberadaan orang Cina di Pecinan/Glodok

























































Etnis cina atau tionghoa telah mendiami jakarta sejak 400 tahun lalu dimana keberadaan mereka tersebar di berbagai wilayah jakarta. Diantaranya adalah wilayah  glodok atau pecinan.







sejak kota jakarta masih bernama batavia, etnis cina adalah penghuni tetap di kota jakarta masa lampau.



 Keberadaan mereka menjadi satu diantara banyaknya etnis di kota yang didirikan oleh bangsa belanda tersebut.







diantara berbagai bangsa yang menghuni kota batavia, jumlah orang-orang cina pun lebih banyak dari pada orang-orang belanda atau eropa sekalipun.







hingga batavia menjelma menjadi jakarta pada nantinya, dimana jakarta menjadi ibukota dari negara kesatuan republik indonesia, eksistensi salah satu etnis yang menghuni kota jakarta tempo dulu tersebut masih pun bercokol di ibukota.















kalangan tionghoa, penghuni kota jakarta sejak 400 tahun lalu










ketika Jakarta menjadi salah satu wilayah kekuasaan Banten atau yang disebut dengan Jayakarta.




Keberadaan orang-orang cina merupakan salah satu etnis dari banyaknya bangsa, etnis dan ras yang ada di Jayakarta.





Tetapi ketika Jayakarta ditaklukan bangsa belanda. Jayakarta dirubah namanya menjadi Batavia.



Ketika belanda berkuasa melalui kongsi dagangnya tahun 1619, jumlah Orang cina di Batavia semakin banyak.




 Keberadaan orang di batavia tidak lain karena keinginan dari pihak kompeni belanda sendiri untuk mendatangkan orang-orang cina di kota yang baru berdiri tersebut.





pada awal pembangunan kota batavia, jumlah orang cina sedikit hanya sekitar 400 orang, mereka difasilitasi oleh sebuah dewan yang bernama dewan kongkoan yang dikepalai oleh kapiten cina bernama souw beng kong.



Tugas dewan kongkoan adalah sebagai tempat/wadah bagi orang-orang cina  dan menyipkan hal-hal upacara keagamaan serta memfasilitasi upacara pemakaman bila ada orang tionghoa yang meninggal.







Adalah Gubernur Jenderal J.P. Coen, pemimpin kongsi dagang belanda ( VOC ) ke 4 dan ke 6 yang banyak mendatangkan orang cina ke batavia.




saat itu Gubernur Jenderal J.P Coen merasa pesimis dengan kinerja orang-orang Eropa karena jumlah mereka sedikit.





 Lagi pula banyak dari orang eropa yang hidupnya makmur dan telah menjadi tuan tanah. Hingga gubernur jenderal merasa tidak dapat mengandalkan orang belanda untuk membangun ekonomi kota yang baru berdiri.




Maka J.P coen menyampaikan keluhannya melalui surat-surat pada Heren Seventien atau dewan pusat VOC di Amsterdam, negeri belanda.









Maka tahun 1622, Pihak Kongsi dagang belanda, VOC mengirimkan kapal-kapal dagangnya ke cina.Untuk mengangkut orang-orang cina ke batavia.




Banyak dari orang Cina yang berpindah ke ke batavia dan menyambung hidup disana. J.P Coen sendiri dekat dengan kapiten Cina bernama kapiten Bencon.





Sang gubernur Jenderal kadang berjalan-jalan pada sore hari ditemani prajurit musketeer dan minum teh bersama kapiten Cina tersebut.



















kisah awal keberadaan etnis tionghoa di kawasan glodok















Sejarah mencatat Tahun 1740, merupakan peristiwa yang mengerikan bagi kalangan orang tionghoa di batavia (jakarta).




Terjadi pembunuhan massal yang dilakukan tentara kompeni belanda terhadap masyarakat cina. Korban jiwa mencapai ribuan orang.




Mayat-mayat orang cina dibuang ke kaliangke. Konflik kompeni belanda-tionghoa yang terjadi tahun 1740 berakhir dengan kemalangan bagi kalangan orang tionghoa.









di sebuah kawasan yang disebut dengan patekoan, terdapat pendekar-pendekar cina yang dikenal sebagai guru silat atau jago kungfu. Dimana mereka tersohor sebagai jago silat.





Pada era tersebut orang cina lebih banyak mengadu pada guru-guru kungfu tersebut. Karena nyatanya kapiten cina lebih memihak kompeni belanda. Kapiten cina merupakan "rekan" kompeni sejak lama.







Sehingga ketika terjadi peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh kompeni terhadap orang-orang cina tahun 1740, praktis para guru silat di pateokan menjadi tempat mengadu bagi kalangan tionghoa.







Tetapi nasib 8 pendekar cina tersebut berakhir di ujung eksekusi mati. Tragis, kehebatan para  pendekar-pendekar kungfu cina pun tidak bisa menandingi meriam-meriam serta senjata milik kompeni.







para guru kungfu ditangkap dan ditawan oleh pihak kompeni hingga dieksekusi mati oleh kompeni.






Eksekusi massal dilakukan oleh pihak kompeni atas orang-orang tionghoa yang tertangkap. Di halaman bangunan stadhuis van batavia ( kini museum sejarah jakarta) orang-orang tionghoa menemui ajalnya.









Sejak lama gubernur jenderal valkcneir menaruh curiga pada etnis cina. hingga banyak orang cina di deportasi oleh gubernur jenderal valcknier hingga ke ceylon di selatan india.


Salah satunya jumlah orang Cina yang meningkat drastis pada Abad 17, banyaknya orang-orang Cina yang tersohor Dan kaya di Kota tersebut menghadirkan kecemburuan bagi pihak kompeni belanda.



Adalah gubernur jenderal Adrian valckeneir, gubernur jenderal kompeni yang terkenal keras Dan bertangan besi terhadap orang-orang tionghoa di Batavia.

Ia menetapkan peraturan-peraturan yang keras Dan menekan orang Cina sehingga membuat amarah bagi orang-orang Cina di Batavia.





Tetapi terjadi sebuah isu yang membuat amarah tionghoa dimana sebagian orang-orang cina tersebut dibuang ke laut sebelum kapal tiba di ceylon.







hak orang-orang cina dikekang, kebebasan mereka di tawan. Hingga meninbulkan konflik dan perang antar orang-orang cina melawan kompeni.


Hingga terjadi perlawanan orang-orang Cina terhadap kompeni belanda yang berujung konflik besar









Tetapi konflik yang terjadi pada bulan oktober 1740 masehi malah berakhir malang bagi etnis tionghoa.terjadi pembunuhan massal yang dilakukan kompeni terhadap salah satu etnis penghuni kota tersebut. 



Kecemburuan petinggi Belanda terhadap Tionghoa di batavia



Ada sebuah teori yang mengatakan bahwa salah satu hal yang membuat perlakuan keji orang Belanda terhadap komunitas Tionghoa di Batavia adalah karena kecemburuan.


Banyaknya orang  Tionghoa yang tersohor dan kaya di kota besutan bangsa Belanda tersebut menghadirkan "kecemburuan" dan iri bagi petinggi Belanda di Batavia.




Sama dengan bangsa Belanda dengan pengusahanya yang kaya dan sukses, begitu pula orang -orang Tionghoa yang jumlahnya semakin banyak dengan pengusahanya yang sukses.









Adrian valckeneir, gubernur jenderal belanda  " pembantai etnis tionghoa"








---akhir dari tragedi oktober 1740---







Ketika terjadi pembantaian orang cina Oleh tentara VOC (kongsi dagang milik belanda) pada bulan oktober 1740. mengakibatkan ribuan orang cina terbunuh.




 Seperti yang disebutkan oleh Vermeulen jumlah orang cina hanya tinggal 600 orang di dalam tembok kota Batavia. Sebagian orang cina terpaksa melarikan diri keluar tembok kota Batavia.







Jumlah masyarakat cina menurun drastis di kota batavia , produksi gula mengalami penurunan. Karena banyak pabrik gula yang tidak beroperasi. timbul defisit ekonomi pasca terjadinya Tragedi kali Angke.





 Produksi Gula sempat terhenti karena tadinya banyak buruh pabrik gula dan pengusaha gula dari kalangan Cina yang terbunuh.









orang cina yang awalnya sebagai kawan atau rekan dari belanda sejak lama, pada oktober 1740 menjadi korban keganasan pemerintahan kompeni.





Di dekat museum sejarah jakarta (stadhuis, balaikota batavia jaman dulu) berlangsung eksekusi masal terhadap orang-orang tionghoa.








Tadinya seperti yang dikatakan Van maurik, orang cina dan pemukimannya menyebar hampir di seantero kota batavia.






 Pemukiman Cina di batavia padat, rumah mereka terbuat dari batu bata saling berdempetan satu sama lainnya. Ada Rumah yang berlantai satu dan adapula orang tionghoa yang berlantai 2.









sebelum terjadinya peristiwa kaliangke tersebut, jumlah orang cina di batavia mencapai lebih dari 10.000 orang.






Tetapi akibat konflik, pembantaian tersebut, jumlah orang cina hanya tinggal kurang lebih 600 orang. Hal itu seperti yang dikatakan oleh vermeulen dalam tulisannya.



 Ekonomi kota juga mengalami kemerosotan, karena jumlah warga kota yang mendadak berkurang drastis.





Orang cina tadinya banyak menempati sektor dalam perekonomian kota, secara tiba-tiba dibabat habis oleh pemerintahan kompeni dengan warga pribumi.







tetapi kasus tragedi kaliangke itu ternyata menyeret gubernur jenderal, adrian valckeneir ke pengadilan hingga terpaksa diberhentikan.



























ilustrasi : orang cina dibatavia  pada masa lampau













mobilisasi orang-orang tionghoa ke kawasan pecinan








Setelah terjadinya pembantaian Orang tionghoa di batavia pada oktober 1740. Orang cina mulai dimobilisasi ke kawasan Pecinan atau kawasan glodok dan sekitarnya.





 Pihak kongsi dagang belanda merasa Khawatir bilamana terjadi kembali pemberontakan.






 Maka Masyarakat Tionghoa/cina sengaja diberikan tempat di pecinan untuk memudahkan pengawasan. Setelah terjadi trgedi kaliangke, orang cina sengaja ditempatkan di kawasan glodok (pecinan) tersebut.







Tidak heran keberadaan Orang Tionghoa dan keturunannya banyak di kawasan pecinan/Glodok hingga sekarang.





yang kini menjadi warga negara Indonesia. Hal tersebut menjadi lumrah, karena bangsa Indonesia terbentuk dari keanekaragaman dan Multikulturalisme.







tampaknya terdapat ketakutan tersendiri bagi pihak kompeni, suatu waktu akan terjadi perlawanan dari orang cina itu kembali.





Maka oleh pihak kompeni belanda, mereka sengaja dimobilisasi ke kawasan pecinan/glodok untuk memudahkan pengawasan.





Dimana orang-orang cina yang hendak keluar-masuk kawasan tersebut mendapatkan pengawasan ketat dari kompeni.







Jadi setelah tahun 1740, setelah terjadinya peristiwa kaliangke, orang cina mulai ditempatkan di kawasan pecinan, glodok.




Sebuah fakta sejarah, jika kehadiran orang-orang Cina di Jakarta Dan pecinan telah eksis jauh hadir  sebelum Republik indonesia berdiri.




Maka sudah sepantasnya mereka kini menjadi bagian dari masyarakat Jakarta khususnya Dan indonesia pada umumnya.





Tidak heran hingga kini keberadaan keturunan orang-orang tionghoa banyak di kawasan pecinan dan glodok.





































Bukan berisi SARA








Diambil dari :



Buku Jakarta 400 tahun karya susan blackburn

Buku kehidupan sosial di batavia  karya gelman taylor.

4 komentar: