Kamis, 01 Desember 2016

Asal mula keberadaan orang Cina di Jakarta

Asal mula Orang Cina di Jakarta






































Orang cina telah ada di kota Batavia sejak lama, sejak Jakarta masih bernama sunda kelapa yang menjadi salah satu bagian kerajaan sunda Pajajaran.







Begitu pula ketika Jakarta menjadi salah satu wilayah kekuasaan Banten atau yang disebut dengan Jayakarta. Keberadaan orang-orang cina merupakan salah satu etnis dari banyaknya bangsa, etnis dan ras yang ada di Jayakarta.







Tetapi ketika Jayakarta ditaklukan bangsa belanda. Jayakarta dirubah namanya menjadi Batavia. 





Ketika belanda berkuasa melalui kongsi dagangnya tahun 1619, jumlah Orang cina di Batavia semakin banyak.







Keberadaan orang di batavia tidak lain karena keinginan dari pihak kompeni belanda sendiri untuk mendatangkan orang-orang cina di kota yang baru berdiri tersebut.







pada awal pembangunan kota batavia, jumlah orang cina sedikit hanya sekitar 400 orang.






 mereka difasilitasi oleh sebuah dewan yang bernama dewan kongkoan yang dikepalai oleh kapiten cina bernama souw beng kong.







Tugas dewan kongkoan adalah sebagai tempat/wadah bagi orang-orang cina  dan menyipkan hal-hal upacara keagamaan serta memfasilitasi upacara pemakaman bila ada orang tionghoa yang meninggal.









Adalah Gubernur Jenderal J.P. Coen, pemimpin kongsi dagang belanda ( VOC ) ke 4 dan ke 6 yang banyak mendatangkan orang cina ke batavia.






saat itu Gubernur Jenderal J.P Coen merasa pesimis dengan kinerja orang-orang Eropa karena jumlah mereka sedikit.





Lagi pula banyak dari orang eropa yang hidupnya makmur dan telah menjadi tuan tanah.









Hingga gubernur jenderal merasa tidak dapat mengandalkan orang belanda untuk membangun ekonomi kota yang baru berdiri.






Maka J.P coen menyampaikan keluhannya melalui surat-surat pada Heren Seventien atau dewan pusat VOC di Amsterdam, negeri belanda.









Maka tahun 1622, Pihak Kongsi dagang belanda, VOC mengirimkan kapal-kapal dagangnya ke cina.







Untuk mengangkut orang-orang cina ke batavia. Banyak dari orang Cina yang berpindah ke ke batavia dan menyambung hidup disana.







J.P Coen sendiri dekat dengan kapiten Cina bernama kapiten Bencon. 





Sang gubernur Jenderal kadang berjalan-jalan pada sore hari ditemani prajurit musketeer dan minum teh bersama kapiten Cina tersebut.







jumlah orang cina bertambah banyak dari awalnya hanya berjumlah sekitar 400 orang pada awal pendirian kota batavia, menjadi 1000 orang pada tahun 1631.





 hingga berdasarkan statistik kependudukan kota batavia yang dikeluarkan pemerintah kompeni belanda tahun 1673, jumlah mereka mencapai 2700 orang.











Diantara orang cina di batavia, pada umumnya banyak yang menjadi pedagang, ada yang menjadi pengusaha di pabrik Gula, buruh di pabrik penyulingan arak, dsb.







Atau ada juga yang berkerja dalam sistem tata administratif dalam pemerintahan kompeni belanda atau pegawai VOC.









Menurut van maurik pemukiman orang cina itu padat, dengan rumah-rumah yang berdempetan satu sama lain. 



Rumah orang cina rata-rata terbuat dari batu bata. Adapula diantara mereka yang memiliki Rumah dua lantai.



 Dipemukiman Orang cina/tionghoa yang padat tersebut biasanya terdapat jalan sempit yang berlika-liku tanpa ujung.









Bagi mereka yang memiliki Rumah 2 lantai, biasanya mereka memanfaatkan Rumahnya sebagai tempat untuk berdagang. 




Lantai 2 digunakan untuk tempat hunian dan lantai 1 digunakan tempat untuk berdagang.





Barang dagang biasanya disusun secara rapih  dan kadangkala tersusun di rak-rak yang ada di depan rumah









 Orang Cina juga memiliki budak, bukan hanya orang eropa. Perbudakan adalah hal yang wajar saat itu. 



Orang cina biasanya menjadikan budaknya sebagai buruh untuk berkerja di pabrik-pabrik Gula atau di tempat penyulingan arak.











Selain itu, orang cina juga memiliki hobi berjudi, judi adalah hal biasa yang dilakukan orang-orang cina saat itu. 




mereka berjudi di pasar, atau rumah yang memang dijadikan tempat berjudi. permainan 30 kartu atau 38 kartu menjadi hal yang biasa. Bahkan kaum wanitanya juga bermain judi.





Tetapi mereka juga memiliki kebiasaan beramal atau derma. Pengumpulan derma biasa dilakukan ketika pengadaan pasar malam, ketika hari besar cina atau ketika pertunjukan seni.









Setelah terjadi pembantaian orang cina di batavia tahun 1740 atau yang dikenal dengan nama tragedi kali angke. Jumlah orang cina sempat menurun drastis karena banyak dari mereka yang dibunuh oleh tentara VOC dan orang-orang pribumi.





Tragedi kaliangke menyisakan penderitaan bagi orang-orang tionghoa di batavia. Mayat-mayat orang-orang cina dibuang ke kali angke serta banyak mereka yang tertangkap dan dieksekusi mati.









Seperti yang dikatan oleh Vermeulen jumlah mereka tinggal 600 orang yang ada di dalam tembok kota batavia pasca pembantaian  kali angke. 




Setelah peristiwa kali angke, orang-orang cina di mobilisasi ke kawasan Pecinan (Glodok).







 Hal itu dilakukan supaya Pemerintah VOC bisa mengawasi keberadaan mereka.




 Hingga saat ini Keberadaan orang-orang cina dan keturunannya banyak  di kawasan Glodok.







Hingga kini masyarakat keturunan cina menjadi bagian dari masyarakat kota Jakarta dan memainkan peran penting dalam ekonomi kota jakarta.
























*Diambil dari :


buku Jakarta 400 karya Susan Blackburn

 buku Kehidupan Sosial di batavia karya Gelman Taylor



Semoga Bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar