Rabu, 30 November 2016

Sejarah Banjir Jakarta





























Jakarta jaman dulu atau yang dikenal sebagai batavia merupakan kota yang dikelilingi sistem kanal. keberadaan kanal tersebut memiliki banyak fungsi. salah satunya adalah pencegah banjir. 



ketika kota jakarta berdiri di bawah pemerintahan kongsi dagang belanda yang disebut VOC atau Vereninging oost indische compagnie, dibawah para Gubernur jenderal belanda dibangun sistem kanal yang membelah kota jakarta.





keberadaan saluran air tersebut memiliki fungsi sebagai pencegah banjir. pihak belanda pada saat itu berfikir, salah satu upaya mencegah banjir adalah dengan membangun kanal-kanal di batavia. 



dengan adanya kanal tersebut diharapkan  aliran air tidak memusat di kali besar saja atau kali ciliwung tetapi juga menyebar ke kanal-kanal di sekitarnya sehingga mengurangi efek banjir.







Jakarta sejak 16 abad yang lalu, sudah banjir






jakarta pada masa lampau pernah menjadi bagian dari kerajaan tarumanegara. Dimana raja-raja hindu memimpin. Bukti dari adanya banjir di jakarta pada masa lampau, dapat dilihat dari adanya prasasti tugu. Berdasarkan prasasti tersebut dapat diketahui bahwa jakarta pada masa lampau merupakan wilayah banjir.





prasasti tersebut menceritakan tentang pembangunan semacam kanal atau saluran air yang melewati kawasan tugu . Para sejarahwan berteori jika pembangunan saluran air oleh raja hindu, bernama purnawarman itu untuk mencegah banjir yang melanda di area pemukiman dan pertanian pada zaman dulu.







Banjir di jakarta pada masa kompeni dan kolonial belanda






ketika jakarta masih bernama batavia, dimana batavia menjadi bagian dari kekuasaan kompeni belanda, banjir masih terjadi. Banjir terjadi selama kurun waktu abad 17, 18.



Pihak kompeni belanda telah mengusahakan berbagai cara, salah satunya membangun banyak kanal-kanal yang membelah kota jakarta (batavia). Dimana kanal tersebut terhubung dengan ciliwung, atau kali besar. Tetapi walaupun itu dilakukan banjir masih terjadi.




 Hal itu seperti tertuang dari berbagai sumber, yakni tulisan-tulisan dari catatan-catatan para gubernur jenderal belanda.jadi pembangunan kanal tersebut dimaksudkan untuk mencegah banjir yang terjadi. 



selain itu keberadaan kanal tersbut memiliki unsur seni dan estetika, Bahkan seorang penyair yang bernama De Parra mengumandangkan syairnya dengan menyebutkan batavia sebagai kota dengan segudang keindahan. Seperti yang ada di negeri Belanda. pihak belanda mampu membangun kota dengan membangun kanal-kanal.





Fungsi adanya kanal itu adalah selain memiliki fungsi ekonomi, estetika juga mempunyai fungsi pencegah banjir. Adalah Gubernur Jenderal J. P. Coen yang berhasil membangun kanal-kanal itu pada masa pemerintahannya. 




Karena itu J.P Coen dikenal sebagai penakluk Ciliwung (kali Besar),  ia mampu meluruskan dan membangun kali besar secara lebih baik.




Bentuk Kali besar yang berkelok-kelok diluruskan dan dibangun kanal-kanal penghubung. Hal itu dilakukan untuk menanggulangi Banjir selain fungsi ekonomi. Pihak Belanda sudah terbiasa dengan keadaan tersebut.



Penggalian Kanal dan pembuatannya sudah menjadi keahlian bagi orang-orang dari kincir angin tersebut. Hingga pada akhirnya Pada abad ke 17 Jakarta menjelma menjadi "Ratu dari Timur".




tetapi walaupun penggalian itu dilakukan, Batavia selalu dikelilingi banjir, banjir terjadi dimana-mana sejak abad 17.Banjir besar kembali melanda Batavia di awal tahun 1918 setelah hujan terus melanda Batavia. 



Akibat dari banjir besar tahun 1918, pada awal tahun 1920 pemerintah setempat merencanakan upaya untuk menangggulangi banjir. 


Rencana itu datang dari Herman van Breen, seorang insinyur hidrologi yang bekerja pada Burgelijke Openbare Werken yang merupakan cikal bakal Dinas Pekerjaan Umum RI.




Rencana van Breen saat itu cukup sederhana yaitu memecah aliran sungai yang masuk Batavia melalui sebelah kiri dan kanan Batavia sehingga aliran air tidak ada yang masuk tengah kota. 




Atas dasar rencana itulah pada tahun 1922 dimulai pembangunan Banjir Kanal Barat setelah sebelumnya membangun pintu air Manggarai.





Sejarah mencatat, sejak masih berada di bawah  penjajah dengan nama Batavia, banjir telah menjadi masalah utama Ibu Kota. Tahun 1621, 1654, 1873, dan 1918 adalah tahun-tahun yang buruk dalam rekaman sejarah banjir besar di Batavia.




Berlanjut pada dekade belakangan ini, banjir besar yang melanda Jakarta terjadi pada 1979, 1996, 1999, 2002, dan 2007. Kondisi itu disusul dengan banjir-banjir yang setiap tahun nyaris melumpuhkan Ibu Kota hingga saat ini. 



Maklum jika Adhi Kusumaputra (2010) mengatakan bahwa upaya penanganan banjir di Ibu Kota umurnya nyaris setua dengan usia Jakarta sendiri.




Sejak pemerintahan Belanda, banjir di Ibu Kota diurus secara serius. Pada 1850-an, pemerintah kolonial membentuk Burgelijke Openbare Werken sebagai badan khusus untuk mengurusi banjir di Jakarta. 



Setelah banjir besar pada 1918, upaya penanganan banjir Jakarta tampak mulai direncanakan secara komprehensif. Kanal Banjir Barat (KBB) yang dibangun pada 1922 adalah artefak hidup hasil kerja Tim Penyusun Rencana Pencegahan Banjir yang dikepalai oleh Profesor Dr Herman van Breen.





Pada banjir 1918, rumah-rumah di Pasar Baru, Gereja Katedral, dan Molenvliet (sekarang Lapangan Monas) menjadi lokasi pengungsian. sekolah, Holl China School di Pinangsia dan Tiong Hoa Lie Hak Hauw di Blandongan diliburkan karena air masuk kelas. 



Banyak rumah siswa pun kebanjiran. "Untuk memperlancar jalannya air, pintu air di Batavia dan Weltevreden dibuka. 


Namun, tindakan itu tidak bisa mengatasi derasnya air yang masuk ke permukiman," tulis Restu Gunawan dalam buku Gagalnya Sistem Kanal: Pengendalian Banjir Jakarta dari Masa ke Masa.Air juga merambah ke Batavia bagian barat karena bendungan Sungai Grogol jebol. Toko-toko warga Tionghoa di Tambora dan Grogol terendam. 



Perahu kecil dikerahkan sebagai sarana transportasi.Banjir juga menyebabkan sarana transportasi publik rusak. Trem listrik tak bisa melintas lantaran remnya tergenang. 



Di tempat lain, trem tak berfungsi karena mesinnya terkena air. Mogoknya trem membuat tukang delman kebanjiran rezeki.  Namun, tak semua tukang delman meraup untung. Sebagian tak bisa bekerja karena rumah mereka juga kebanjiran




Hingga ketika batavia menjadi jakarta, banjir terus terjadi. Tidak hanya pemerintah saat ini yang kewalahan menghadapi banjir, sejak era penjajahan belanda pun, atau kota jakarta masih disebut sebagai batavia banjir menjadi problematika di ibukota.



dalam buku "gagalnya sistem kanal di batavia, sepanjang abad 17, 18, 19 hingga 20 jakarta beberapa kali mengalami banjir besar. Padahal pada masa itu jumlah bangunan masih sedikit serta adanya sistem kanal yang membelah kota jakarta pada masa lampau. Tetapi banjir besar masih terus terjadi.




seperti banjir besar tahun 1918 hingga ke kawasan dekat istana banjir terjadi. Problematika banjir telah menjadi walaupun pencegahan melalui kanal sistem telah dilakukan.



Jadi walaupun telah dilakukan berbagai upaya, banjir masih saja terjadi di jakarta. Banjir di ibukota bahkan telah terjadi sejak ratusan tahun yang lalu.


sejak jakarta menjadi bagian dari kerajaan tarumanegara pada abad ke 4, banjir sudah terjadi. Hal itu dibuktikan sejak berdasarkan penwmuan prasasti tugu. Berdasarkan prasasti tersebut dapat diketahui pembangunan kanal atau semacam saluran air atas perintah dari raja purnawarman yang fungsinya untuk menangani banjir yang melewati kawasan tugu.


kini pada era reformasi, berbagai upaya telah dilakukan seperti normalisasi kali ciliwung, oleh gubernur walaupun hingga sekarang proyek tersebut masih belum rampung.


begitu juga hingga sekarang, anies baswedan, gubernur baru mengupayakan naturalisasi kali ciliwung , yang bertujuan untuk mencegah banjir. Walaupun banyak pengamat yang mengatakan , naturalisasi tak ubahnya seperti normalisasi. Hanya penggantian istilah saja.


jadi hingga sekarang, memasuki bulan februari banjir masih kerap melanda ibukota, sejarah tidak bisa dipungkiri, jika banjir merupakan masalah yang besar dihadapi oleh ibukota.


Banjir telah terjadi sejak era kerajaan tarumanegara, zaman kompeni, zaman kolonialisme belanda hingga jakata menjadi salah satu bagian dari republik indonesia.








Jadi sejak Zaman Belanda jakarta Banjir....percayakah anda dengan Bahwa pemerintah dan gubernur  bisa menangani banjir ???







Sumber Diambil dari   :



Buku gagalnya sistem kanal

Buku sejarah jakarta 400 tahun

Buku asal-usul nama daerah di jakarta

buku kehidupan sosial di batavia



Tidak ada komentar:

Posting Komentar