Jakarta jaman dulu atau
yang dikenal sebagai batavia merupakan kota yang dikelilingi sistem kanal.
keberadaan kanal tersebut memiliki banyak fungsi. salah satunya adalah pencegah
banjir.
ketika kota jakarta berdiri di bawah pemerintahan kongsi dagang belanda
yang disebut VOC atau Vereninging oost indische compagnie, dibawah para Gubernur
jenderal belanda dibangun sistem kanal yang membelah kota jakarta.
keberadaan saluran air tersebut memiliki fungsi sebagai pencegah banjir. pihak belanda pada saat itu berfikir, salah satu upaya mencegah banjir adalah dengan membangun kanal-kanal di batavia.
dengan adanya kanal tersebut diharapkan
aliran air tidak memusat di kali besar saja atau kali ciliwung tetapi juga
menyebar ke kanal-kanal di sekitarnya sehingga mengurangi efek banjir.
Jakarta sejak 16 abad
yang lalu, sudah banjir
jakarta pada masa lampau
pernah menjadi bagian dari kerajaan tarumanegara. Dimana raja-raja hindu
memimpin. Bukti dari adanya banjir di jakarta pada masa lampau, dapat dilihat
dari adanya prasasti tugu. Berdasarkan prasasti tersebut dapat diketahui bahwa
jakarta pada masa lampau merupakan wilayah banjir.
prasasti tersebut
menceritakan tentang pembangunan semacam kanal atau saluran air yang melewati
kawasan tugu . Para sejarahwan berteori jika pembangunan saluran air oleh raja
hindu, bernama purnawarman itu untuk mencegah banjir yang melanda di area
pemukiman dan pertanian pada zaman dulu.
Banjir di jakarta pada
masa kompeni dan kolonial belanda
ketika jakarta masih
bernama batavia, dimana batavia menjadi bagian dari kekuasaan kompeni belanda,
banjir masih terjadi. Banjir terjadi selama kurun waktu abad 17, 18.
Pihak kompeni belanda
telah mengusahakan berbagai cara, salah satunya membangun banyak kanal-kanal
yang membelah kota jakarta (batavia). Dimana kanal tersebut terhubung dengan
ciliwung, atau kali besar. Tetapi walaupun itu dilakukan banjir masih terjadi.
Hal itu seperti tertuang dari berbagai sumber, yakni tulisan-tulisan dari
catatan-catatan para gubernur jenderal belanda.jadi pembangunan kanal tersebut
dimaksudkan untuk mencegah banjir yang terjadi.
selain itu keberadaan kanal tersbut memiliki unsur seni dan estetika, Bahkan seorang penyair yang bernama De Parra mengumandangkan syairnya dengan menyebutkan batavia sebagai kota dengan segudang keindahan. Seperti yang ada di negeri Belanda. pihak belanda mampu membangun kota dengan membangun kanal-kanal.
Fungsi adanya kanal itu
adalah selain memiliki fungsi ekonomi, estetika juga mempunyai fungsi pencegah
banjir. Adalah Gubernur Jenderal J. P. Coen yang berhasil membangun kanal-kanal
itu pada masa pemerintahannya.
Karena itu J.P Coen dikenal sebagai penakluk
Ciliwung (kali Besar), ia mampu meluruskan dan membangun kali besar
secara lebih baik.
Bentuk Kali besar yang
berkelok-kelok diluruskan dan dibangun kanal-kanal penghubung. Hal itu
dilakukan untuk menanggulangi Banjir selain fungsi ekonomi. Pihak Belanda sudah
terbiasa dengan keadaan tersebut.
Penggalian Kanal dan pembuatannya sudah
menjadi keahlian bagi orang-orang dari kincir angin tersebut. Hingga pada
akhirnya Pada abad ke 17 Jakarta menjelma menjadi "Ratu dari Timur".
tetapi walaupun penggalian itu dilakukan, Batavia selalu dikelilingi banjir, banjir terjadi dimana-mana sejak abad 17.Banjir besar kembali melanda Batavia di awal tahun 1918 setelah hujan terus melanda Batavia.
Akibat dari banjir
besar tahun 1918, pada awal tahun 1920 pemerintah setempat merencanakan upaya
untuk menangggulangi banjir.
Rencana itu datang dari Herman van Breen, seorang
insinyur hidrologi yang bekerja pada Burgelijke Openbare Werken yang merupakan
cikal bakal Dinas Pekerjaan Umum RI.
Rencana van Breen saat
itu cukup sederhana yaitu memecah aliran sungai yang masuk Batavia melalui
sebelah kiri dan kanan Batavia sehingga aliran air tidak ada yang masuk tengah
kota.
Atas dasar rencana itulah pada tahun 1922 dimulai pembangunan Banjir
Kanal Barat setelah sebelumnya membangun pintu air Manggarai.
Sejarah mencatat, sejak
masih berada di bawah penjajah dengan nama Batavia, banjir telah menjadi
masalah utama Ibu Kota. Tahun 1621, 1654, 1873, dan 1918 adalah tahun-tahun
yang buruk dalam rekaman sejarah banjir besar di Batavia.
Berlanjut pada dekade
belakangan ini, banjir besar yang melanda Jakarta terjadi pada 1979, 1996,
1999, 2002, dan 2007. Kondisi itu disusul dengan banjir-banjir yang setiap
tahun nyaris melumpuhkan Ibu Kota hingga saat ini.
Maklum jika Adhi Kusumaputra
(2010) mengatakan bahwa upaya penanganan banjir di Ibu Kota umurnya nyaris
setua dengan usia Jakarta sendiri.
Sejak pemerintahan
Belanda, banjir di Ibu Kota diurus secara serius. Pada 1850-an, pemerintah
kolonial membentuk Burgelijke Openbare Werken sebagai badan khusus untuk
mengurusi banjir di Jakarta.
Setelah banjir besar pada 1918, upaya penanganan
banjir Jakarta tampak mulai direncanakan secara komprehensif. Kanal Banjir
Barat (KBB) yang dibangun pada 1922 adalah artefak hidup hasil kerja Tim
Penyusun Rencana Pencegahan Banjir yang dikepalai oleh Profesor Dr Herman van
Breen.
Pada banjir 1918,
rumah-rumah di Pasar Baru, Gereja Katedral, dan Molenvliet (sekarang Lapangan
Monas) menjadi lokasi pengungsian. sekolah, Holl China School di Pinangsia dan
Tiong Hoa Lie Hak Hauw di Blandongan diliburkan karena air masuk kelas.
Banyak
rumah siswa pun kebanjiran. "Untuk memperlancar jalannya air, pintu air di
Batavia dan Weltevreden dibuka.
Namun, tindakan itu tidak bisa mengatasi
derasnya air yang masuk ke permukiman," tulis Restu Gunawan dalam buku
Gagalnya Sistem Kanal: Pengendalian Banjir Jakarta dari Masa ke Masa.Air juga
merambah ke Batavia bagian barat karena bendungan Sungai Grogol jebol.
Toko-toko warga Tionghoa di Tambora dan Grogol terendam.
Perahu kecil dikerahkan
sebagai sarana transportasi.Banjir juga menyebabkan sarana transportasi publik
rusak. Trem listrik tak bisa melintas lantaran remnya tergenang.
Di tempat
lain, trem tak berfungsi karena mesinnya terkena air. Mogoknya trem membuat
tukang delman kebanjiran rezeki. Namun, tak semua tukang delman meraup
untung. Sebagian tak bisa bekerja karena rumah mereka juga kebanjiran
Hingga ketika batavia
menjadi jakarta, banjir terus terjadi. Tidak hanya pemerintah saat ini yang
kewalahan menghadapi banjir, sejak era penjajahan belanda pun, atau kota
jakarta masih disebut sebagai batavia banjir menjadi problematika di ibukota.
dalam buku "gagalnya
sistem kanal di batavia, sepanjang abad 17, 18, 19 hingga 20 jakarta beberapa
kali mengalami banjir besar. Padahal pada masa itu jumlah bangunan masih
sedikit serta adanya sistem kanal yang membelah kota jakarta pada masa lampau.
Tetapi banjir besar masih terus terjadi.
seperti banjir besar
tahun 1918 hingga ke kawasan dekat istana banjir terjadi. Problematika banjir
telah menjadi walaupun pencegahan melalui kanal sistem telah dilakukan.
Jadi walaupun telah
dilakukan berbagai upaya, banjir masih saja terjadi di jakarta. Banjir di
ibukota bahkan telah terjadi sejak ratusan tahun yang lalu.
sejak jakarta menjadi
bagian dari kerajaan tarumanegara pada abad ke 4, banjir sudah terjadi. Hal itu
dibuktikan sejak berdasarkan penwmuan prasasti tugu. Berdasarkan prasasti tersebut
dapat diketahui pembangunan kanal atau semacam saluran air atas perintah dari
raja purnawarman yang fungsinya untuk menangani banjir yang melewati kawasan
tugu.
kini pada era reformasi,
berbagai upaya telah dilakukan seperti normalisasi kali ciliwung, oleh gubernur
walaupun hingga sekarang proyek tersebut masih belum rampung.
begitu juga hingga
sekarang, anies baswedan, gubernur baru mengupayakan naturalisasi kali ciliwung
, yang bertujuan untuk mencegah banjir. Walaupun banyak pengamat yang mengatakan
, naturalisasi tak ubahnya seperti normalisasi. Hanya penggantian istilah saja.
jadi hingga sekarang,
memasuki bulan februari banjir masih kerap melanda ibukota, sejarah tidak bisa
dipungkiri, jika banjir merupakan masalah yang besar dihadapi oleh ibukota.
Banjir telah terjadi
sejak era kerajaan tarumanegara, zaman kompeni, zaman kolonialisme belanda
hingga jakata menjadi salah satu bagian dari republik indonesia.
Jadi sejak Zaman Belanda jakarta Banjir....percayakah anda dengan Bahwa pemerintah dan gubernur bisa menangani banjir ???
Sumber Diambil dari :
Buku gagalnya sistem kanal
Buku sejarah jakarta 400 tahun
Buku asal-usul nama daerah di jakarta
buku kehidupan sosial di batavia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar