Sejarah kawasan Tugu, Jakarta Utara
Tugu
merupakan jawasan yang termasuk ke dalam kecamatan koja, jakàrta utara.
Merupakan kawasan yang dinamakan karena adanya sebuah prasasti yang terdapat
pada kawasan tersebut yang disebut prasasti tugu.
Nama
"tugu" sendiri diambil dari nama prasasti yang ditemukan di kampung
batu tumbuh hingga menjadi nama kelurahan di jakarta utara.
Yang
awal mulanya kawasan tersebut merupakan wilayah kerajaan tarumanegara pada abad
ke 5 Masehi dibawah raja purnawarman.
Tugu pada masa pemerintahan kerajaan tarumanegara
Pada
abad ke 5 masehi raja purnawarman membangun semacam saluran air yang melewati
kawasan tersebut, yakni saluran air sepanjang 11 kilometer (6122 busur).
Tujuan
pembangunan saluran air itu adalah untuk kepentingan irigasi dan mencegah
banjir.
Bukti dari pembangunan semacam saluran air diprediksi oleh para
sejarahwan jika jakarta memang sejak lama telah mengalami banjir.
Pembangunan
itu memakan waktu 21 hari. Prasasti yang ditemukan tersebut memberikan
informasi tentang pembuatan saluran air yang disebutkan di atas.
Prasasti
berhuruf pallawa dan berbentuk lonjong dimana huruf-huruf melingkari prasasti
itu.
Hingga sekarang, benda peninggalan itu dapat dijumpai di museum sejarah
jakarta atau museum fatahillah.
Ketika
era kolonialisme kongsi dagang belanda atau zaman penjajahan. Di sana banyak
terdapat orang kristen dari india (koromandel dan benggala) yang ditempatkan di
kawasan itu.
Jumlah mereka tahun 1661 sekitar 23 orang. Hingga meningkat
menjadi 40-50 keluarga pada abad yang sama. Di sana juga didirikan gereja yang
terbuat dari tembok.
Ketika
terjadi pembantaian etnis cina oleh tentara belanda dan kaum pribumi, yang
terjadi tahun 1740 gereja tersebut terbakar.
Hingga setelah kejadian tersebut
seorang tuan tanah kaya raya bernama Justinus Vinck membangun kembali gereja
tersebut.
Sejak
era kolonial kawasan tersebut banyak dihuni oleh orang-orang kristen asal india
(kaum mardjiker).
Baca artikel lainnya
BalasHapus