Mushaf Al Qur'an ali bin abi thalib
Pada
masa dahulu ketika nabi berdakwah, nabi muhammad
senatiasa
mengajarkan pada sahabat-sahabatnya setiap ayat demi ayat Al qur'an yang turun.
Beberapa
sahabat layaknya Ali bin abi thalib, zaid bin tsabit serta yang lainnya
langsung mencatat Ayat Al Qur'an tersebut atau ada yang menyimpannya dalam
bentuk hafalan.
Seorang
sahabat, Ali bin abi thalib pun mengatakan bahwa tidak ada satupun ayat qur'an
yang luput dari pengamatannya selain ia mencatatnya
Hingga
ketika nabi wafat, beberapa sahabat menyusunnya kembali ayat demi ayat menjadi sebuah mushaf.termasuk Ali bin abi
thalib juga mempunyai mushaf sendiri.
Begitu
juga Zaid bin tsabit, ubay bin kaab juga menyusunnya dalam bentuk mushaf.
Beberapa sahabat nabi mempunyai mushaf yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya.
diantara
sahabat nabi tersebut ada yang berbeda susunan dalam al qur'an. misalnya jumlah
surat, susunan surat yang ada di dalamnnya. jumlah juz di dalamnya dsb.
----Pengumpulan
mushaf al qur'an pada era khalifah abu bakar---
Suatu
saat terjadi perang Yamamah, perang yang terjadi untuk memerangi orang yang
murtad. Perang itu banyak menelan korban dari kedua pihak.
Tujupuluh
orang perhafal Al Quran gugur dalam perang tersebut. Umar bin Khattab pun
merasa khawatir akan kelestarian Al Quran dengan banyaknya penghafal Al Quran
yang gugur.
Ia
lalu mengusulkan kepada khalifah Abu Bakar untuk menghimpun ayat-ayat Al Quran.
Setelah melakukan shalat istikharah, khalifah Abu Bakar akhirnya menyetujui
rencana mulia itu.
Beliau
pun lalu memercayakan tugas besar dan berat itu kepada satu-satunya manusia
yang paling pantas, yaitu Zaid bin Tsabit.
Karena
kedalaman pengetahuannya akan Al Quran, Zaid diangkat menjadi penasehat umat
Islam di masanya.
Ia
menjadi tempat bertannya bila ada masalah yang terkait dengan hukum Islam,
terutama masalah warisan. Di masa itu, hanya Zaid yang mahir membagi warisan
sesuai aturan Islam.
ketika
kepemimpinan umat islam diambil alih oleh khalifah abu bakar. Saat itu khalifah
abu bakar khawatir dengan banyaknya penghafal qur’an yang gugur.
Lantas
Khalifah abu bakar meminta Zaid bin tsabit agar mengumpulkan al Qur’an dalam
bentuk mushaf.
Ketika
mendapatkan permintaan tersebut, awalnya zaid bintsabit merasa keberatan karena
ia harus menanggung beban yang berat. Zaid bin tsabit takut jika terjadi
kesalahan akan berdosa besar pada nantinya.
Karena
itulah beliau berkata, “ sungguh aku akan mendapatkan beban berat di pundaku
melebihi sebuah gunung”.
Tetapi
para sahabat meyakinkan hal tersebut bahwa hanya Zaid bin tsabit yang bias
melakukan tugas mulia itu.
Hingga
akhirnya Zaid bin tsabit menerima tugas tersebut. Ia membentuk dewan sebanyak
25 orang dan melakukan pengumpulan ayat-ayat Al qur,an.
Dewan
tersebut dikepalai olehnya sendiri dan perkerjaan mulia tersebut dilakukan di
masjid.
Setiap
kaum boleh memberikan masukan melalui catatan dan hafalan ayatnya. Asalkan
orang tersebut mempunyai saksi bahwa rasulullah pernah membacakan Ayat tersebut.
Umar
bin Khattab pernah memberitahukan pada dewan tersebut mengenai suatu ayat.
Tetapi tampaknya karena tidak ada saksi, umar harus berpasrah catatan tentang
ayatnya ternyat tidak diterima dalam dewan tersebut.
karakteristik
mushaf ali bin abi Thalib
Mushaf
Ali bin abi thalib nampaknya berbeda dengan sahabat lainnya. Dimana mushaf ali
bin abi thalib tersusun surat makiyyah berada di depan, sedangkan surat
madaniyyah berada di belakang.
Ali
bin abi thalib menyusun mushaf tersebut berdasarkan perkiraan waktu berdakwah
nabi.
Karena
nabi lebih dahulu berada di mekkah kemudian nabi hijrah ke madinah. Jumlah
surat dalam mushaf ali pun tidak 114 surat banyaknya.
Jadi susunan mushaf ali bin abi thalib sesuai dengan sejarah periode dakwah nabi, karena dakwah nabi awal mulanya berada di mekkah kemudian baru ke madinah.
rasul
awalnya berdakwah di mekkah selama kurang lebih 13 Tahun Dan kemudian pindah ke
madinah selama 10 Tahun.
sehingga
susunan ayat dari mushaf Ali bin abi thalib mengacu pada Ayat makkiyah terlebih
dahulu baru madaniyah.
pada
masa khalifah Utsman bin affan (634-644 M)
memimpin umat islam. Terjadi perselisihan mengenai penyusunan mushaf
qur'an itu kembali.
Ada
sahabat yang merekomendasikan agar penyusunan mushaf Al qur'an berdasar mushaf
yang satu.
Namun
ada juga merekomendasikan dari mushaf yang lain. Hingga terjadi polemik
diantaraumat islam.
Maka
seorang sahabat bernama thalhah bin abdullah menanyakan pada Ali bin abi thalib
tentang mushaf yang dicatat dan disusunnya.
Tetapi
ali bin abi thalib hanya mengajukan pertanyaan balik pada thalhah. "Apakah
mushaf tersebut benar-benar ayat Al Qur'an atau ada hal lain yang bercampur
didalamnya ?...
Kemudian thalhah menjawab : " tentu saja
semuanya ayat Al Qur'an.
Lalu
Ali bin abi thalib mengatakan, "kalau begitu, semua yang kalian usahakan
dan amalkan semoga menjadi amal dan kebahagiaan".
Tampak
dalam percakapan antara thalhah dan Ali
bin abi thalib, keponakan rasulullah tersebut tidak memaksakan agar mushafnya
diterima oleh khalifah dan umat muslimin.
Bahkan
ketika thalhah mengajukan permintaan pada beliau, Ali bin abi thalib hanya
menjawab seadanya.
Hal tersebut karena Ali bin abi thalib tentu
tidak ingin perselisihan akan semakin parah bilamana ia juga merekomendasikan
mushaf yang dipegangnya.
Itu
merupakan jiwa dari seorang Ali bin abi thalib. Keponakan nabi muhammad SAW,
seorang yang jujur, pemberani guna menghindari perselisihan.
Perselisihan
itu tentunya akan semakin parah jika Ali bin abi thalib memaksakan mushaf
miliknya
hingga
pada masa pemerintahan khalifah usman
bin affan penyusunan mushaf Al qur'an
berhasil. Seperti pada masa pemerintahan khalifah sebelumnya, yakni abu bakar
Shiddiq.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar