Senin, 28 Agustus 2017

Mushaf  Al Qur'an ali bin abi thalib

                  

                       Mushaf  Al Qur'an ali bin abi thalib
























Pada masa dahulu ketika nabi berdakwah, nabi muhammad

senatiasa mengajarkan pada sahabat-sahabatnya setiap ayat demi ayat  Al qur'an yang turun.







Beberapa sahabat layaknya Ali bin abi thalib, zaid bin tsabit serta yang lainnya langsung mencatat Ayat Al Qur'an tersebut atau ada yang menyimpannya dalam bentuk hafalan.







Seorang sahabat, Ali bin abi thalib pun mengatakan bahwa tidak ada satupun ayat qur'an yang luput dari pengamatannya selain ia mencatatnya









Hingga ketika nabi wafat, beberapa sahabat menyusunnya kembali ayat demi ayat  menjadi sebuah mushaf.termasuk Ali bin abi thalib juga mempunyai mushaf sendiri.







Begitu juga Zaid bin tsabit, ubay bin kaab juga menyusunnya dalam bentuk mushaf. Beberapa sahabat nabi mempunyai mushaf yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.






diantara sahabat nabi tersebut ada yang berbeda susunan dalam al qur'an. misalnya jumlah surat, susunan surat yang ada di dalamnnya. jumlah juz di dalamnya dsb.
















----Pengumpulan mushaf al qur'an pada era khalifah abu bakar---










Suatu saat terjadi perang Yamamah, perang yang terjadi untuk memerangi orang yang murtad. Perang itu banyak menelan korban dari kedua pihak.




Tujupuluh orang perhafal Al Quran gugur dalam perang tersebut. Umar bin Khattab pun merasa khawatir akan kelestarian Al Quran dengan banyaknya penghafal Al Quran yang gugur.




Ia lalu mengusulkan kepada khalifah Abu Bakar untuk menghimpun ayat-ayat Al Quran. Setelah melakukan shalat istikharah, khalifah Abu Bakar akhirnya menyetujui rencana mulia itu.





Beliau pun lalu memercayakan tugas besar dan berat itu kepada satu-satunya manusia yang paling pantas, yaitu Zaid bin Tsabit.







Karena kedalaman pengetahuannya akan Al Quran, Zaid diangkat menjadi penasehat umat Islam di masanya.




Ia menjadi tempat bertannya bila ada masalah yang terkait dengan hukum Islam, terutama masalah warisan. Di masa itu, hanya Zaid yang mahir membagi warisan sesuai aturan Islam.



ketika kepemimpinan umat islam diambil alih oleh khalifah abu bakar. Saat itu khalifah abu bakar khawatir dengan banyaknya penghafal qur’an yang gugur.




Lantas Khalifah abu bakar meminta Zaid bin tsabit agar mengumpulkan al Qur’an dalam bentuk mushaf.





Ketika mendapatkan permintaan tersebut, awalnya zaid bintsabit merasa keberatan karena ia harus menanggung beban yang berat. Zaid bin tsabit takut jika terjadi kesalahan akan berdosa besar pada nantinya.




Karena itulah beliau berkata, “ sungguh aku akan mendapatkan beban berat di pundaku melebihi sebuah gunung”.

  



Tetapi para sahabat meyakinkan hal tersebut bahwa hanya Zaid bin tsabit yang bias melakukan tugas mulia itu.





Hingga akhirnya Zaid bin tsabit menerima tugas tersebut. Ia membentuk dewan sebanyak 25 orang dan melakukan pengumpulan ayat-ayat Al qur,an.




Dewan tersebut dikepalai olehnya sendiri dan perkerjaan mulia tersebut dilakukan di masjid.





Setiap kaum boleh memberikan masukan melalui catatan dan hafalan ayatnya. Asalkan orang tersebut mempunyai saksi bahwa rasulullah pernah membacakan Ayat tersebut.




Umar bin Khattab pernah memberitahukan pada dewan tersebut mengenai suatu ayat. Tetapi tampaknya karena tidak ada saksi, umar harus berpasrah catatan tentang ayatnya ternyat tidak diterima dalam dewan tersebut.

























karakteristik mushaf ali bin abi Thalib





Mushaf Ali bin abi thalib nampaknya berbeda dengan sahabat lainnya. Dimana mushaf ali bin abi thalib tersusun surat makiyyah berada di depan, sedangkan surat madaniyyah berada di belakang.







Ali bin abi thalib menyusun mushaf tersebut berdasarkan perkiraan waktu berdakwah nabi.




Karena nabi lebih dahulu berada di mekkah kemudian nabi hijrah ke madinah. Jumlah surat dalam mushaf ali pun tidak 114 surat banyaknya.



Jadi susunan mushaf ali bin abi thalib sesuai dengan sejarah periode dakwah nabi, karena dakwah nabi awal mulanya berada di mekkah kemudian baru ke madinah.







rasul awalnya berdakwah di mekkah selama kurang lebih 13 Tahun Dan kemudian pindah ke madinah selama 10 Tahun.







sehingga susunan ayat dari mushaf Ali bin abi thalib mengacu pada Ayat makkiyah terlebih dahulu baru madaniyah.















pada masa khalifah Utsman bin affan (634-644 M)  memimpin umat islam. Terjadi perselisihan mengenai penyusunan mushaf qur'an itu kembali.




Ada sahabat yang merekomendasikan agar penyusunan mushaf Al qur'an berdasar mushaf yang satu.



Namun ada juga merekomendasikan dari mushaf yang lain. Hingga terjadi polemik diantaraumat islam.



Maka seorang sahabat bernama thalhah bin abdullah menanyakan pada Ali bin abi thalib tentang mushaf yang dicatat dan disusunnya.





Tetapi ali bin abi thalib hanya mengajukan pertanyaan balik pada thalhah. "Apakah mushaf tersebut benar-benar ayat Al Qur'an atau ada hal lain yang bercampur didalamnya ?...



 Kemudian thalhah menjawab : " tentu saja semuanya ayat Al Qur'an.





Lalu Ali bin abi thalib mengatakan, "kalau begitu, semua yang kalian usahakan dan amalkan semoga menjadi amal dan kebahagiaan".



Tampak dalam percakapan antara thalhah  dan Ali bin abi thalib, keponakan rasulullah tersebut tidak memaksakan agar mushafnya diterima oleh khalifah dan umat muslimin.



Bahkan ketika thalhah mengajukan permintaan pada beliau, Ali bin abi thalib hanya menjawab seadanya.




 Hal tersebut karena Ali bin abi thalib tentu tidak ingin perselisihan akan semakin parah bilamana ia juga merekomendasikan mushaf yang dipegangnya.



Itu merupakan jiwa dari seorang Ali bin abi thalib. Keponakan nabi muhammad SAW, seorang yang jujur, pemberani guna menghindari perselisihan.




Perselisihan itu tentunya akan semakin parah jika Ali bin abi thalib memaksakan mushaf miliknya






hingga pada masa pemerintahan  khalifah usman bin affan  penyusunan mushaf Al qur'an berhasil. Seperti pada masa pemerintahan khalifah sebelumnya, yakni abu bakar Shiddiq.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar