Senin, 26 Desember 2016

Gubernur Jenderal Belanda yang Dipanggil Mas galak



kisah Gubernur Jenderal Belanda yang dipanggil “Mas Galak”















Herman Willem daendles bawahan Louis napoleon dan Napoleon Bonaparte sebagai Gubernur Jenderal Belanda di Jawa 1808-1811.











Herman willem daendles merupakan gubernur Jenderal Belanda-prancis yang berkuasa antara tahun 1808-1811. pemerintahannya dikenal sebagai pemerintahan "tangan besi" karena pemerintahannya yang bersifat diktator.

 

 

 

 

Ia juga dikenal sebagai jenderal Guntur, karena pemerintahannya yang keras dan dikenal kebal hukum.




Berbagai pelanggaran dilakukan, tetapi hukum tidak dapat menyentuhnya sekalipun.

 

 




Ia diangkat oleh louis napoleon sebagai gubernur jenderal di jawa, yang merupakan saudara napoleon Bonaparte saat itu.

 



Dikalangan masyarakat Jawa dan sunda ada panggilan yang cukup unik,  sang Gubernur Jenderal dipanggil dengan sebutan "mas galak".

 




Ia bergelar "Marschaalk" Herman willem Daendles. barangkali karena orang sunda dan jawa tidak bisa menyebutkan kata "Marschaalk" karena ejaan asing, jadi oleh sebagian masyarakat jawa dan sunda kata itu berubah menjadi "mas galak".

 

 

Ya, nama yang sesuai dengan sifat dan karakter dari sang Jenderal Guntur sendiri. berbagai pelanggaran dilakukan, sang gubernur jenderal terlalu susah untuk disentuh hukum.

 

 

 

Pembangunan Jalan raya di sepanjang pulau jawa yang terbentang diantara anyer hingga panarukan menjadi saksi bisu tewasnya ribuan rakyat pribumi.

 

 

 

Berbagai kebencian muncul dari kalangan elite pribumi Di pulau Jawa.

 

 

 

seperti bupati sumedang yang berjabat tangan dengannya sambil memegang keris.

 



bupati sumedang keburu sakit hati dengan banyaknya rakyatnya yang tewas akibat proyek pembangunan jalan gubernur jenderal.

 

 

 

Ia juga dibenci bawahannya, dianggap kebal hukum dan banyak misi yang ditumpukan padanya, tetapi gubernur jenderal daendles banyak melakukan pelanggaran, Seperti pelanggaran penjualan tanah di bogor.

 

 

 


yang menurut kabar hasil penjualan tanah malah diambil untuk kas pribadi, bukan untuk kas pemerintah.

 



berbagai pelanggaran dilakukan oleh "mas galak" hingga ia harus dipanggil pulang ke eropa  oleh atasannya.

 

 



Ia diutus sebagai gubernur jenderal di pulau jawa dengan "misi khusus", tetapi Pemerintahan selama 3 Tahun malah beesanding terbalik dengan Kebijakan yg di jalankannya.

 



Hingga Pada tahun 1811 Posisinya digantikan oleh willem jansses, seorang gubernur jenderal dari cape, afrika selatan.

 

 

 

Tetapi dibalik sifat dan karakternya diktator dan keras, ia memiliki keberanian bagai prajurit dan jenderal seperti yang dibuktikan dalam medan pertempuran-pertempuran di Eropa setelah ia di panggil kembali ke benua biru sebagai bawahan penguasa Eropa Napoleon Bonaparte.

 

 

 

Napoleon Bonaparte berusaha menghilangkan sistem Monarki di Eropa melalui cara-cara militeristik.

 

 

Daendles merupakan orang belanda tetapi sangat mendukung semangat Revolusi Perancis.

 

 

 

Tapi sayang, misi yang diserahkan kepadanya, yakni 37 pasal dari louis napoleon tersebut tidak bisa dilaksanakan secara baik oleh sang gubernur jenderal yang bertugas di jawa.

 

 

 

malah pemerintahan daendles jauh dari kesan semangat revolusi perancis. Ia sering terkena kasus, dibenci oleh bawahannya serta membuat orang-orang pribumi di jawa tambah menderita pada era kekuasaanya.

 

 

 

 Contoh kongkritnya, bagaimana ia memperluas penyerahan wajib di daerah-daerah, tetutama penyerahan wajib kopi di daerah jawa barat dan jawa tengah.

 

 

 

pemerintahan Herman willem Daendles tidak selayaknya semboyan Revolusi Perancis, jauh dari kesan Liberte,Egalite dan Fraternite.

 

 

 

 Hal tersebut dikarenakan Banyak pelanggaran yang dilakukan sang Gubernur Jenderal seperti perluasan penyerahan wajib di daerah priangan,

 

 

penjualan-penjualan tanah pada pihak swasta asing serta pembangunan jalan raya Anyer Panarukan yang banyak memakan korban dari penduduk pribumi di Jawa .

 

 

 

Hingga tahun 1811, pada akhirnya ia dipanggil kembali ke eropa oleh napoleon dan posisinya sebagai gubernur jenderal di jawa digantikan olehgubernur jenderal willem Jansess tahun 1811.

 

 

 

Dinasti Napoleon di tanah jawa tidak berlangsung lama karena tahun 1810, inggris mempersiapkan invasinya ke pulau jawa.

 

 

 

Melalui tangan dari petinggi East Indian company di India yang bernama Lord minto.

 

 

Tentara inggris bergerak ke pulau jawa Dan mendarat di beberapa puluh kilometer dari cilincing.

 

 

 

Hingga akhirnya Melalui pertempuran kurang lebih 1,5 bulan, kekuasaan Napoleon di tanah jawa tumbang karena Willem jansses, pemerintahan belanda perancis di pulau jawa terpaksa menyerah pada 18 September 1811.

 

 

 

 

 

 

 

Kronologis pengangkatan daendles

 

 

1 Januari 1807  :

 

 

 

 

Daendles diangkat sebagai gubernur jenderal oleh Louis Napoleon (saudara Napoleon Bonaparte) sebagai penguasa di pulau jawa.

 

 

 

Dalam Hal ini daendles menerima 37 pasal yang diemban ketika menjabat sebagai gubernur jenderal di jawa.

 

 

 

Tanggal 1 Januari 1808 .:

 

 

 

Setahun berikutnya, daendles telah sampai di pelabuhan kecil di banten setelah menempuh pelayaran selama beberapa bulan lamanya.

 

 

Perjalanannya laut daendles untuk sampai di nusantara Penuh kesukaran karena kapalnya terserang badai bahkan sempat dibajak.

 

 

 

 


Tanggal 5 Januari 1808 :

 

Daendles sampai di batavia, Jakarta setelah mengadakan perjalanannya kurang lebih beberapa Hari dari banten Melalui perjalanan darat.

 




Tanggal 14 Januari 1808 :

Daendles menjadi penguasa resmi pulau jawa, setelah ia menerima penyerahan Secara resmi kekuasaan dari gubernur jenderal sebelumnya, henricus wiese.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Zaman penjajahan di tanah jawa

 

 

 

1619-1799 ---dibawah VOC,

                       Kongsi dagang hindia timur

 

1808-1811--dibawah pendudukan

                       belanda-prancis

              

 

 

1811-1816--dibawah inggris

 

1816-1945-dibawah kolonial belanda

              

 

 

 

 

 

 

 

Memasuki zaman penjajahan oleh pemerintahan belanda-perancis, tepatnya tahun 1808, mulai dicanangkan pembangunan jalan raya pos sepanjang 1000 kilometer panjangnya

 

 

 

Ketika gubernur jenderal herman willem daendles berkuasa, tahun 1808, Marschaalk herman willem daendles, sang jenderal guntur atau diktator bertangan besi memerintahkan pembangunan jalan pertama di seantero tanah jawa. Jalan yang dikenal dengan nama Jalan Anyer-panarukan.

 

 

Pada Bulan mei 1808, Daendles menyuruh para bupati agar mengurusi pembangunan jalan dari buitenzorg (bogor) sampai cirebon.

 

 

Dua bulan berikutnya daendles memerintahkan lagi pada 38 bupati di semarang agar membangun jalan dari cirebon hingga surabaya dengan menghubungkan jalan desa-desa yang telah ada.

 

 

 


Jalan Anyer-panarukan dibangun pada pertengahan bulan Mei tahun 1808 hingga pertengahan tahun 1809. Pembangunan jalan ini dilakukan pada bulan mei tahun 1808.

 

 

 

Ketika Herman Willem Daendles memerintahkan para bupati agar membangun jalan dari buitegzorg (bogor) hingga cirebon.

 

 



kemudian pada bulan juli tahun 1808 Daendles menyuruh 38 bupati di semarang agar membangun jalan tersebut hingga ke surabaya.

 

 



Pembangunan jalan itupun dimulai dan pada bulan Septembar 1808 pembangunan jalan telah sampai pemalang, batang, pekalongan.

 

 

 

Pemerintahan gubernur jenderal daendles seperti panggilannya, mas galak, sifat keras, banyak melakukan pelanggaran Dan dibenci oleh bawahannya sekalipun.

 

 

 

Hingga tahun 1811, menjadi Akhir Dari pemerintahannya, dimana ia dipulangkan Dan menjadi Salah satu resimen dalam militer Napoleon Bonaparte di Eropa.

 

 



Posisinya digantikan oleh Willem jansses tahun 1811. Tetapi banyak yang menilai, sosok Willem jansess tidak sekuat daendles.

 

 




Karena jansess sebelum menjadi gubernur jenderal di tanah jawa pernah disingkirkan oleh inggris dalam Perang di cape, afrika.

 

 

 

 

 

 

Ada beberapa penulis yang yakin bahwa "mas galak" tidak bisa dibandingkan dengan penerusnya di jawa, gubernur jendral willem jansses yang lemah, yang tentaranya diluluhlantahkan oleh tentara inggris di tuntang, dekat semarang setelah pertempuran 40 hari.

 

 

 

 

Seperti dalam buku "prancis kecil di pulau jawa", penulis buku tersebut merasa yakin jika tentara inggris berhadapan dengan gubernur jenderal "mas galak" tentara bawahan Napoleon di pulau jawa akan memperoleh kemenangan.

 

 



Tetapi karena inggris berhadapan dengan pengganti Dari daendles, yakni gubernur jenderal jansess, inggris mendapatkan kemenangan dengan mudah.

 

 

 


Ya, gubernur jenderal "mas galak" memang sesuai dengan julukan yang diembannya, sesuai dengan sifat dan tipikal  dari sosok gubernur jenderal "diktator"  tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

*diambil dari berbagai sumber

 

 

Buku ekspedisi anyer-panarukan, penerbit kompas

 

Buku sejarah Indonesia,  H.M Vlackke

 

Buku sejarah Indonesia, universitas terbuka

 

Buku prancis kecil di pulau jawa

 

 

Sejarah Nasional Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar