Minggu, 11 Desember 2016

Pangeran kornel, sang bupati sumedang penentang jenderal guntur


            





              kisah Pangeran kornel,  bupati sumedang penentang jenderal guntur













                             
                                patung daendles yang bersalaman dengan bupati sumedang
















Sebelum kedatangan bangsa belanda, di pulau jawa belum ada jalan yang menghubungkan antar wilayah .

 

 

 

Perjalanan dari jakarta sampai surabaya ditempuh selama 14 hari. bila musim hujan medan perjalanan lebih berat lagi,

 

 

Herman Willem Daendles, Gubernur Jenderal belanda yang berkuasa antara tahun 1808-1811 adalah Gubernur Gubernur Jenderal bertangan Besi yang dikenal sebagai pembuat jalan raya Anyer- Panarukan.

 

 

Pada masa pemerintahannya ia memerintahkan para bupati yang merupakan orang jawa untuk membangun jalan dari Anyer di barat pulau Jawa hingga panarukan di jawa timur.

 

 

Pembangunannya itu memakan waktu 1 tahun hingga pada pertengahan tahun 1809 jalan sepanjang 1000 kilometer itu selesai dibangun.

 

 

Pembangunan jalan tersebut mengakibatkan korban jiwa hingga ribuan penduduk pribumi tewas selama kurun waktu pelaksanaan pembangunan jalan tersebut.

 

 

 

Pada masa pemerintahannya, ia dikenal sebagai diktator bertangan besi, jenderal Guntur. Tetapi yang unik ia dipanggil dengan sebutan “Mas Galak” oleh sebagian orang jawa dan sunda.

 

 

Penyebutan itu karena rata-rata orang jawa dan sunda tidak mengerti gelar dari sang Gubernur Jenderal yakni “Marschaalk” Herman Willem Daendles.

 

 

 Jadi karena rata-rata dari mereka tidak bisa menyebutkan kata “marschaalk” jadi panggilan itu berubah menjadi Mas Galak.

 

 

 

Gubernur Jenderal inilah yang memindahkan pusat pemerintahan Belanda dari Oud Batavia, Batavia lama atau kota tua Jakarta ke kawasan weltervreden,

 

 

sekitar silang monas dan lapangan banteng.Pemerintahan Herman Willem Daendles tidak berlangsung lama karena pada masa pemerintahannya banyak terjadi pelanggaran terhadap kebijakan-kebijakan Belanda.

 

kekuasaannya hanya berlangsung 3 tahun sebelum pada akhirnya posisinya digantikan oleh wilem jansess tahun 1811.

 

 

jalan setapak yang melewati kawasan perbukitan dan pegunungan memaksa para pejalan melewati berminggu-minggu untuk menempuh jalan dari jakarta sampai surabaya.

 

 

perjalanan dengan menggunakan kapal lebih banyak dilakukan, ketimbang melewati jalan setapak lewat perbukitan.

 

 

Maka Gubernur Jenderal herman willem daendles (1808-1811) membuat proyek pembangunan jalan sepanjang pulau Jawa. proyek tersebut dimulai ketika pada mei 1808,

 

 

Jenderal guntur tersebut memerintahkan para bupati agar membangun jalan di sepanjang Pulau jawa.

 

 

 Pada bulan juli 1808 Daendles juga bertemu dengan para bupati di semarang untuk proyek jalan tersebut.

 




Jalan raya anyer panarukan yang terbentang di sepanjang pulau jawa, pembangunan jalan sepanjang 1000 km itu ternyata merebut nyawa bagi orang-orang pribumi di jawa.

 

 

 

Timbul korban jiwa yang sangat banyak, seperti di daerah megamendung, wabah penyakit, medan pembangunan jalan yang berat melewati hutan dan perbukitan menewaskan beratus-ratus orang dari pekerja rodi.

 

 

Di Sumedang, Pembangunan jalan lebih sukar dikarenakan batuan cadas yang ada di kawasan tersebut memaksa ribuan pekerja tewas selama pembangunan proyek jalan .

 

 

Hal itulah yang membuat marah pangeran kornel, bupati sumedang.

 

 


Maka ketika bertemu atasannya, Gubernur jenderal Herman willem daendles sang jenderal guntur, bupati sumedang menyalami daendles dengan tangan kirinya dan tangan kanannya memegang keris.

 

 

Daendles merasa tertantang oleh bawahannya, ia sangat marah.

 

 

Sang Gubernur jenderal merasa ditantang oleh bawahannya sendiri. Ia tidak bisa menerima perlakuan sang bupati yang merupakan bawahannya. apalagi daendles adalah seorang diktator, banyak yang membencinya. bahkan bawahannya yang merupakan orang-orang belanda membencinya karena sifatnya yang keras.

 

 

 

Tetapi setelah mendengar penjelasan bahwa telah banyak rakyat sumedang yang menjadi korban proyek jalan Anyer panarukan itu, Daendles memakluminya dan amarahnya pun reda.

 

 

Sampai sekarang kisah sang bupati yang menentang Jenderal Guntur masih tertera dalam berbagai literatur. Di buku-buku berbahasa indonesia dan cerita rakyat secara turun-temurun.

 

 

Korban Dari pembangunan jalan tersebut banyak terjadi di sekitar pantai utara jawa dan megamendung.

 

 

 

Di megamendung, menurut keterangan Dari buku ekspedisi anyer panarukan bahwa korban just disebabkan adanya pembangunan jalan yang menanjak Dan berkelok menerobos kawasan hutan.

 

 

 

Selain itu akibat penyakit yang melanda pada pekerja Dan penyelewengan yang dilakukan oleh petinggi  belanda dikawasan tersebut

 

 

 

 

 

 

 

 

Meskipun sejarahwan Universitas Indonesia, Djoko Marihandono mengatakan peristiwa itu tidak ada dalam arsip-arsip yang tersimpan di negeri belanda atau hanya semacam "cerita Rakyat" yang beredar secara turun temurun di kalangan kaum pribumi.












 

 

 zaman penjajahan di tanah jawa


1619-1799-   dijajah oleh VOC

                     perusahaan Hindia Timur

                     kompeni



1808-1811 - dibawah belanda-prancis

                    (kisah pangeran kornel)



1811-1816 - dibawah pemerintahan 

                      Inggris




1816-1942 -- dibawah pemerintahan 

                       Belanda



1942-1945 - dibawah pemerintahan 

                       Jepang

 




 


















* Sumber banyak diambil dari buku ekspedisi Anyer-Panarukan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar